Jawaban saya ini saya sampaikan berdasarkan pertemuan dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim pekan lalu.
Pemerintah sudah mendorong agar sekolah tatap muka disegerakan saat sekolah dan orangtua siap.
Dorongan sekolah tatap muka ini dilakukan agar ketertinggalan pendidikan tidak terus-terusan berlanjut.
Berbeda dengan negara-negara lain yang lebih maju dan homogen, keragaman persoalan dengan tingkatan kesulitan dan luasnya jangkauan wilayah memunculkan ancaman serius untuk pendidikan di Indonesia.
Karena itu, sejumlah upaya mengatasi ancaman serius ini tengah dilakukan. Sekolah tatap muka diharapkan menjadi pembuka jalan.
Meskipun vaksinasi makin masif dilakukan dan luas jangkauannya, sekolah tatap muka tidak bisa menunggu vaksinasi.
Ada sedikit anomali. Di wilayah yang tingat vaksinasinya tinggi, kekhawatiran untuk memulai sekolah tatap muka juga tinggi.
Pemerintah pusat dan daerah akan melakukan sejumlah intervensi bersama satuan sekolah dan orangtua murid.
Menurut Nadiem, dibandingkan dengan mal di mana siapa saja bisa datang dan pergi, sekolah lebih aman karena mereka yang datang dan pergi lebih terkendali.
Jika terjadi kasus penularan, penangangan akan dilakukan berdasarkan tingkat keparahan dan tidak akan dilakukan penutupan secara total menyeluruh di suatu kawasan.
Kita berharap intervensi pemerintah pusat dan daerah bersama satuan sekolah dan orangtua murid membawa hasil terbaik untuk anak-anak kita.
Kabar baik dengan tren baik akhir-akhir ini perlu dijaga dengan kehati-hatian tentunya. Kehati-hatian, bukan ketakutan dan kekhawatiran semata-mata.
Sejumlah kabar baik yang kita dengar akhir-akhir ini terkait pandemi berpangkal pada capaian yang kita catatkan bersama-sama.
Per 31 Agustus, jumlah dosis vaksin Covid-19 yang disuntikkan di Indonesia mencapai 100 juta. Angka ini terus bertambah.
Per 20 September 2021, ada 124 juta dosis vaksin Covid-19 yang disuntikan dengan dosis disuntikkan per hari rata-rata 1,3 juta.