Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Belajar dari Baduy, Bantar Gebang, dan Desa Maria

Kompas.com - 21/07/2021, 14:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DI suasana duka atas wafatnya sesama warga Indonesia akibat pagebluk Corona terdengar berita bahwa masyarakat adat Baduy Dalam serta masyarakat Bantar Gebang sebagai lokasi pembuangan sampah terbesar di Asia Tengara, hidup aman tenteram dan sehat walafiat seolah di sana tidak ada yang disebut sebagai pagebluk Corona.

Setiap hari asisten saya menelpon sanak-keluarga di kampung halaman yaitu Desa Maria, Kecamatan Wawo di ujung timur pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, untuk menanyakan apa sudah ada warga terpapar Corona.

Ternyata sejak awal 2020 sampai saat naskah ini saya tulis tidak ada warga Desa Maria terpapar Corona.

Tidak ada warga Baduy Dalam dan Bantar Gebang mau pun Desa Maria menyombongkan diri mereka kebal Corona.

Bagi masyarakat kampung dan desa bukan sesuatu yang luar biasa apalagi istimewa bahwa mereka tetap hidup sehat walafiat sementara bangsa Indonesia termasuk saya sedang kalang-kabut berjuang melawan Corona.

Riset

Para cendekiawan terutama yang ilmuwan boiologi molekular serta epidemiologi mencoba agar lebih keren disebut meriset bagaimana masyarakat adat dan masyarakat rural mampu bertahan sehat walafiat di tengah kemelut pagebluk Corona yang bukan mereda malah makin merajelela ganas menerkam manusia yang bermukim di luar Baduy Dalam, Bantar Gebang atau Desa Maria.

Hasil riset para ilmuwan dapat diduga pasti beranekaragam. Para skeptiker menganggap apa yang terjadi pada masyarakat adat dan pedesaan sekadar kebetulan belaka.

Ada yang curiga masyarakat rural tidak terdeteksi statistik terpapar Corona. Ada yang menyimpulkan bahwa masyarakat Baduy Dalam, Bantar Gebang dan Desa Maria adalah masyarakat rural yang secara alami sudah tervaksin maka mampu menghadirkan apa yang disebut sebagai herd community.

Para peniliti yang religius bisa saja menyimpulkan bahwa masyarskat Baduy Dalam, Bantar Gebang dan Desa Maria sangat khusyuk dalam berdoa agar mereka dilindungi dari ancaman angkara murka virus Corona.

Para pemerhati jamu menyimpulkan bahwa masyarakat tradisional mewarisi kearifan kesehatan leluhur Nusantara dalam bentuk ramuan jamu ampuh melawan penyakit termasuk Corona.

Namun pada kenyataan, masyarakat Bantar Gebang, Desa Maria apalagi Baduy Dalam relatif lebih sedikit berjumpa warga luar negeri yang membawa virus Corona ke dalam negeri Indonesia.

Kearifan Leluhur

Maka sebaiknya untuk sementara Kementerian Pariwisata jangan gencar mempromosikan Baduy, Bantar Gebang dan Desa Maria yang tersohor atas arsitektur lumbung padi tradisionalnya sebagai destinasi wisata domestik apalagi internasional selama Corona masih menggila.

Sudah terbukti bahwa lalu-lintas masyarakat internasional merupakan jalur utama yang sangat disukai oleh para virus untuk merajalelakan diri ke segenap pelosok marcapada.

Namun apa pun alasannya mengingat pagebluk bukan pertama kali menerkam persada Nusantara seperti tersirat di dalam legenda Calonarang dari zaman Airlangga, dapat diyakini bahwa kita semua bisa belajar dari masyarakat adat dan masyarakat pedesaan yang telah mewarisi kearifan leluhur kakek-nenek moyang bangsa Indonesia demi berjaya menanggulangi segenap ancaman angkara murka virus beserta segenap sanak mutasi sebagai keturunan para virus yang sejak ratusan tahun yang lalu telah merambah masuk ke dalam wilayah Nusantara.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com