Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benda Mungil Ini Justru Membuat Anda Susah Tidur

Kompas.com - 17/07/2021, 17:00 WIB
Artika Rachmi Farmita

Penulis

KOMPAS.com - Usap ke bawah, geser ke atas, klik klik. Jari-jemari lincah berpindah dari satu aplikasi ke aplikasi lainnya. Bosan, anda mulai membuka tab selancar dan membuka email atau situs mencari kabar.

Tanpa sadar kita melakukan ritual dengan ponsel sembari menghabiskan malam menjelang memejamkan mata. Padahal, benda mungil inilah yang menjadi penyebab kita susah tidur.

Menurut studi dari Harvard Health Publications, tubuh manusia memiliki siklus natural untuk tetap terjaga pada siang hari dan terlelap pada malam hari. Tapi, ketika terpapar cahaya layar ponsel cerdas di malam hari, siklus natural itu pelan-pelan akan rusak dan berdampak ke banyak hal. Alhasil, Anda merasa susah memejamkan mata.

Menatap layar ponsel terlalu lama bisa berdampak buruk bagi tubuh, terutama mata kita. Cahaya biru yang terpancar dari layar ponsel memicu berbagai masalah kesehatan, mulai penglihatan kabur, kelelahan mata, mata kering, degenerasi makula, katarak, sampai masalah tidur.

Baca juga: Ini Sebabnya Tak Boleh Menatap Layar Ponsel di Kegelapan

Apa itu Cahaya Biru?

Cahaya biru adalah salah satu dari beberapa warna dalam spektrum cahaya yang tampak. Warna yang biasa kita kenal adalah; Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila, Ungu atau biasa disingkat MeJiKuHiBiNiU.

Semua warna itu jika digabungkan bersama-sama akan membentuk cahaya putih yang Anda lihat saat matahari--sumber utama cahaya biru--bersinar. Bola lampu neon dan LED (light-emitting diode) juga mengeluarkan cahaya biru.

Setiap warna dalam spektrum cahaya tampak memiliki panjang gelombang dan tingkat energi yang berbeda. Cahaya biru memiliki panjang gelombang yang lebih pendek dan energi yang lebih tinggi daripada warna lain.

Beberapa penelitian dalam jurnal oftalmologi menunjukkan hubungan antara kerusakan mata dan cahaya biru gelombang pendek dengan panjang gelombang antara 415 dan 455 nanometer. Nah, sebagian besar cahaya dari LED yang digunakan di smartphone, TV, dan tablet memiliki panjang gelombang antara 400 dan 490 nanometer.

Bahaya Cahaya Biru terhadap Mata Kita

Para ahli berpendapat dalam penelitiannya bahwa kelelahan mata digital, atau sindrom penglihatan komputer (Digital Eye Strain), mempengaruhi sekitar 50% pengguna komputer. Gejalanya meliputi mata kering, iritasi, dan penglihatan kabur.

Cahaya biru juga dapat merusak retina Anda yang disebut fototoksisitas. Jumlah kerusakan tergantung pada panjang gelombang dan waktu pemaparan. Penelitian pada hewan menunjukkan bahkan paparan singkat (beberapa menit hingga beberapa jam) dapat berbahaya. Filter yang memotong 94% cahaya biru telah terbukti mengurangi kerusakan.

Ada bukti cahaya biru dapat menyebabkan perubahan penglihatan permanen. Hampir semua cahaya biru melewati langsung ke bagian belakang retina Anda. Beberapa penelitian telah menunjukkan cahaya biru dapat meningkatkan risiko degenerasi makula, penyakit retina.

Penelitian menunjukkan paparan cahaya biru dapat menyebabkan degenerasi makula terkait usia (Age-related Macular Degeneration atau AMD). Satu studi menemukan cahaya biru memicu pelepasan molekul beracun dalam sel fotoreseptor. Hal ini menyebabkan kerusakan yang dapat menyebabkan AMD.

Cahaya Ponsel Merusak Siklus Tidur Normal

Selain berpotensi membahayakan organ mata, paparan cahaya biru dari ponsel membuat otak kebingungan apakah ini waktunya tidur atau terbangun. Apalagi paparan cahaya smartphone menarik perhatian pengguna untuk terus melihat konten-konten di dalamnya seperti linimasa media sosial, video, obrolan di aplikasi chatting, dan lain-lain.

Alhasil, otak akan berhenti memproduksi melatonin, yakni hormon yang merangsang tubuh untuk tidur. Jika produksi melatonin terganggu, siklus tidur akan terganggu sama seperti ketika mengalami penat terbang alias jet lag.

Sebagaimana dilaporkan Business Insider dan dihimpun KompasTekno, Selasa (18/7/2017), paparan cahaya layar ponsel cerdas akan mengurangi tingkat kedipan mata yang berimplikasi pada ketegangan mata, iritasi mata, kekeringan, hingga mata kabur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com