Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanda-tanda Orang Terkena Happy Hypoxia Covid-19

Kompas.com - 11/07/2021, 09:02 WIB
Maya Citra Rosa

Penulis

KOMPAS.com - Beberapa waktu terakhir, gejala happy hypoxia ternyata tidak disadari dapat menyerang penderita Covid-19.

Namun bagi orang yang tidak mengetahui tanda-tanda terjadinya happy hypoxia, dapat berakibat fatal.

Apa itu Happy hypoxia syndrome?

Happy hypoxia adalah kondisi kadar oksigen menurun namun penderita masih terlihat normal, padahal gejala ini dapat berisiko fatal.

Dilansir dari Kompas.com, dalam kondisi ini orang yang saturasi oksigen menurun akan mengalami tanda seperti sesak napas, terengah-engah, sakit kepala, gelisah atau sebagian kulit terlihat kebiruan.

Sementara kadar saturasi oksigen pada kondisi normal yaitu antara 95 hingga 100 persen.

Beberapa penemuan kasus happy hypoxia di Indonesia.

Salah satunya Kepala Puskesmas di Bengkayang, Kalimantan Barat, Kamis (8/7/2021) lalu meninggal dunia karena terkena gejala happy hypoxia.

Tidak hanya itu, laman resmi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan RS Persahabatan Jakarta menyebutkan bahwa beberapa kasus happy hypoxia dilaporkan sejak Maret 2020 lalu.

Baca juga: Bisa Berakibat Fatal, Kenali Happy Hypoxia pada Pasien Covid-19

Tanda orang terkena happy hypoxia

Orang yang terkena happy hypoxia memiliki tanda terjadinya kondisi kadar saturasi oksigen rendah akan muncul melalui sinyal organ vital, seperti gincal, otak, jantung yang bermasalah karena kekurangan oksigen.

Sementara pada sejumlah kasus, pasien Covid-19 dengan tanda terjadinya happy hypoxia terlihat baik-baik saja meskipun sedang kekurangan oksigen.

Meskipun tidak menunjukkan tanda kekurangan oksigen, namun adanya gejala happy hyoxia dapat diwaspadai ketika:

- Tubuh terasa lemas
- Bibir atau jari-jari kebiruan
- Kadar saturasi oksigen turun hingga di bawah 94 persen.

Jika pasien Covid-19 mengalami tanda tersebut dan sedang menjalani isolasi mandiri, sebaiknya untuk segera memeriksakan diri ke rumah sakit.

Penyebab terjadinya happy hypoxia

Pada penderita Covid-19, happy hypoxia terjadi karena adanya pengentalan darah atau koagulasi yang menyebar ke jaringan pembuluh darah paru-paru.

Sehingga berakibat peradangan dalam tubuh karena adanya infeksi virus SARS-CoV-2.

Tubuh yang mengalami peradangan juga mengakibatkan protein seluler akan membentuk bekuan darah seabgai respon alami kekebalan tubuh.

Namun jika berlebihan, sel di jaringan paru-paru tidak bisa menerima pasokan oksigen yang memadai.

Baca juga: Waspadai Gejala Happy Hypoxia pada Pasien Covid-19

Cara mencegah happy hypoxia

Penderita Covid-19 dapat mencegah terjadinya happy hypoxia dengan rutin mengecek kadar saturasi oksigen menggunakan alat pulse oximeter secara berkala.

Namun jika tidak memiliki alat pengecek saturasi oksigen, dapat mencegah dengan merasakan tanda-tanda pada tubuh yang lemas walaupun tidak melakukan aktivitas yang berat.

Mewaspadai gejala happy hypoxia juga dapat dilakukan dengan melihat jari-jari tangan dan kaki atau bibir yang kebiruan walaupun tidak sesak napas.

Jika terjadi gejala diatas segera mencari pertolongan medis untuk mendapatkan perawatan menggunakan tabung oksigen.

terutama bagi penderita Covidf-19 dengan isolasi mandiri, selalu pantau kondisi kesehatan secara berkala.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Tren
Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Tren
Tema Met Gala dari Masa ke Masa, 'Sleeping Beauties: Reawakening Fashion' Jadi Tajuk 2024

Tema Met Gala dari Masa ke Masa, "Sleeping Beauties: Reawakening Fashion" Jadi Tajuk 2024

Tren
Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com