Dalam hal ini, laki-laki yang melakukan kekerasan sudah gagal sebagai sosok suami sekaligus ayah. Anak-anak yang menyaksikan kekerasan akan mengalami trauma.
"Ayah jadi sosok yang tidak berdampak dalam hidupnya, atau sebaliknya bisa juga dia menjadi seperti ayahnya untuk balas dendam," tutur Tika.
Mencari sosok ayah
Lebih lanjut, Tika menyebut bahwa anak kemudian akan membandingkan sosok ideal seorang ayah yang ia dapat dari lingkungan luar.
Misalnya, sosok ideal yang dia tahu dari sekolah, ajaran agama, bahkan keluarga dan teman-temannya.
"Idealisme ayah ini bertentangan sekali dengan fakta ayah yang dia lihat di rumah kan. Di situlah kemudian mereka mulai membuat jarak, bahwa ayah yang benar gak seperti ini," jelas Tika.
Akhirnya, saat mulai tumbuh dewasa, anak itu akan mencari sosok ayah yang ideal menurutnya.
Pencarian sosok ayah ini memang tidak terbatas secara fisik, apakah itu laki-laki atau harus maskulin.
Baca juga: Viral, Video Mobil Goyang Saat Isi Bensin, Apa Sih Manfaatnya?
Dalam mencegah dan mengurangi dampak daddy issue, menurut Tika bisa dituangkan dalam hal positif, misalnya peringatan Hari Ayah.
Hari Ayah ini bisa sebagai bentuk penghormatan, promosi dan validasi peran ayah dalam keluarga.
"Daddy issue bisa dikaitkan dengan hal positif juga. Merayakan keayahan di tingkat atau level manapun, dalam artian bukan hanya ayah biologis," ujar Tika.
Adapun bagi seseorang yang ada masalah dengan daddy issue, bisa ditangani sesuai level keparahannya.
Jika belum terlalu parah, maka masalah ini bisa diatasi dengan bercerita ke teman dekat atau orang yang dipercaya.
"Kalau sudah level tengah ke tinggi, itu sudah harus ditangani profesional," ucap Tika.
Profesional yang dimaksud, yakni psikolog, pskiater, konselor dan orang-orang yang dia percaya, misalnya ustaz, ustazah, pastor, yang pendekatannya religius dan spriritual.
"Kalau levelnya sudah tinggi, penanganannya ya terapi, psikoterapi. Karena udah mulai melenceng gitu misalnya," imbuh Tika.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.