Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pentingnya Seks Edukasi untuk Anak, Begini Cara Memberikannya

Kompas.com - 20/05/2021, 14:30 WIB
Inten Esti Pratiwi

Penulis

KOMPAS.com - Banyaknya pelecehan seksual pada anak bisa jadi disumbang oleh faktor minimnya pengetahuan seksual yang dimiliki oleh anak-anak sejak usia ini.

Orang tua cenderung tertabrak tatanan budaya ketimuran, sehingga pengajaran seks edukasi di ruang lingkup rumah terabaikan dan terkesampingkan begitu saja.

Padahal seks edukasi adalah pengetahuan yang harus diberikan kepada anak sejak dini, layaknya pengetahuan soal makan, minum, dan berpakaian.

Menurut Christin Wibhowo, dosen Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang, selain sebagai makhluk sosial kita juga merupakan makhluk seksual. Jadi posisi seks edukasi, sangat setara dengan kebutuhan dasar yang lain.

Baca juga: 4 Cara Mengenalkan Seks Edukasi pada Anak

Seks edukasi sedari dini

Ilustrasi anak buang air besar. Dok. Shutterstock Ilustrasi anak buang air besar.
Pendidikan seksual ini tak hanya berupa pengetahuan soal hubungan layaknya suami isteri saja. Namun lebih ke pengenalan anatomi tubuh, kesehatan tubuh, cara merawat tubuh dan cara bersosial berbekal pengetahuan soal tubuh. 

"Pendidikan seksual harus diberikan lewat banyak sisi. Yaitu sisi kognitif atau cara berpikir, sisi emosi, sisi fisik, dan sisi sosial tentang bagaimana bergaul dengan orang lain yang sesama jenis dan beda jenis," begitu papar psikolog yang berpraktik di Semarang itu kepada Kompas.com, Kamis (20/05/2021) siang.

Seks edukasi bisa dimulai semenjak anak usia satu tahun dengan pengenalan toilet training. Di usia dua atau tiga tahun, anak sudah seharusnya lulus dalam edukasi paling mendasar ini.

Baca juga: Perhatikan Sinyal Si Kecil Siap untuk Toilet Training

Pengenalan sentuhan aman dan pohon keluarga 

Ilustrasi anak dan ibu bermain.Dok. FWD Life Ilustrasi anak dan ibu bermain.
Di atas usia tiga tahun, biasanya anak sudah bisa diajak berkomunikasi secara verbal. Anak juga sudah bisa menggali edukasi dari dongeng juga lagu-lagu.

Nah di usia ini, mulai ajari anak mengenal pohon keluarga. Kenalkan mana keluarga inti, mana keluarga yang ada di luar keluarga inti, dan mana orang asing. 

Keluarga inti di sini adalah ayah dan ibu. Keluarga di luar keluarga inti adalah om, tante, eyang, juga sepupu.

"Sampaikan kepada anak, jika ada sesuatu yang mengganjal pikiran anak, mereka bisa kapan pun menyampaikannya ke keluarga inti, yaitu ayah dan ibu. Ajari pula agar anak berhati-hati terhadap orang yang ada di luar keluarga inti," ujar Christin Wibhowo.

Berhati-hati di sini bisa tentang apa saja, tapi terutama, soal sentuhan aman dan tak aman.

Tentang batasan sentuhan aman, Anda bisa mengajari anak lewat lagu "Kepala Pundak Lutut Kaki".

"Selama sentuhan ada di area kepala, pundak, lutut dan kaki, maka orang asing seperti guru, teman atau saudara, masih bisa melakukannya. Namun jika sentuhan sudah menjurus ke sentuhan tak aman, ajari anak untuk protes, menolak, lari, teriak, kemudian mengadu ke keluarga inti."

Untuk memberikan batasan sentuhan tak aman, Anda bisa memberikan koridor seluruh area yang tertutup baju renang atau pakaian dalam. Yaitu area dada (untuk wanita) dan area kemaluan. 

Baca juga: 5 Cara Ampuh Investasi Saham untuk Pendidikan Anak

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com