Hal serupa juga dirasakan oleh Nazir Ahmed Parray, seorang Sahar Khan berusia 48 tahun dari Desa Hajin di Kashmir Utara.
Ayahnya bekerja sebagai Sahar Khan selama sekitar 70 tahun sebelum menurunkan pekerjaan itu kepadanya dan adik laki-lakinya.
Sementara itu, Parray sendiri telah menjadi Sahar Khan selama 30 tahun.
“Meskipun beberapa orang tidak ingin kami mengganggu mereka pada tengah malam, ada yang menginginkan kami untuk menjaga tradisi tetap hidup dan bahkan memanggil kami untuk datang ke daerah mereka selama Ramadhan,” katanya.
Baca juga: Bolehkah Menggabungkan Puasa Syawal dan Utang Puasa Ramadhan?
Parray juga menyaksikan pergolakan antara India dan Pakistan pada 1990-an.
Saat konflik memanas, Parray mengingat larangan yang diberlakukan oleh pemerintah daerah pada malam hari.
Sahar Khan pun dihentikan oleh tentara yang berpatroli dan diintrogasi tentang pergerakan mereka pada tengah malam.
Baca juga: 9 Hal Utama yang Membatalkan Puasa
Penyair dan aktivis budaya Kashmir terkemuka, Zareef Ahmad Zareef mengatakan tradisi Sahar Khan datang ke wilayah Kashmir dari Asia Tengah.
Ketika dia masih kecil, dia mengatakan hanya ada satu Sahar Khan, bermana Ghulam Mohammad Baengi, untuk seluruh Srinagar, kota utama di wilayah itu.
Zareef mengatakan Baengi akan menempuh jarak yang jauh dengan berjalan kaki, membangunkan orang-orang dengan meniup tanduk domba berbentuk gulungan yang menghasilkan suara keras.
"Dia juga akan membaca ayat-ayat pujian Nabi Muhammad saat berjalan di jalan-jalan kosong Srinagar pada tengah malam. Orang-orang, kebanyakan anak-anak, akan menunggu suaranya dan kadang-kadang keluar ke jalan dan mengintip melalui jendela untuk melihat sekilas," kata Zareef.
Meskipun orang sekarang mengandalkan jam alarm dan ponsel, Zareef mengatakan tidak ada gadget modern yang dapat menggantikan Sahar Khan.
Baca juga: Berikut Hukum Tidur Setelah Makan Sahur dan Shalat Subuh Saat Puasa Ramadhan