Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerumunan Pasar Tanah Abang, Ketua Satgas IDI Singgung Kejadian di India

Kompas.com - 04/05/2021, 16:45 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kerumunan pengunjung yang memadati Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat dan daerah lain menimbulkan kekhawatiran dari berbagai pihak.

Pasalnya, kerumunan itu terjadi di tengah masih tingginya angka kasus penularan Covid-19 di Indonesia, sehingga dikhawatirkan dapat menimbulkan klaster penularan baru.

Diberitakan Kompas.com, Minggu (2/5/2021) dari data yang dimiliki Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, jumlah pengunjung Pasar Tanah Abang, Sabtu (1/5/2021) kemarin 85.000 orang.

Lonjakan pengunjung itu terjadi saat makin banyak warga yang ingin berbelanja kebutuhan untuk Hari Raya Idul Fitri 1442.

Baca juga: Viral Video Penumpang Berdesakan di Stasiun Tanah Abang, Ini Kata KAI

Potensi klaster baru

Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengatakan, terjadinya kerumunan pengunjung di Pasar Tanah Abang dan juga berbagai pusat perbelanjaan lain merupakan fenomena yang sangat mengkhawatirkan.

"Karena begitu banyak masyarakat yang berkumpul di satu tempat, yang kita tahu akan amat mudah menyebabkan klaster-klaster baru infeksi, yang kemudian akan menular juga ke masyarakat yang lain," kata Zubairi saat dihubungi Kompas.com, Senin (3/5/2021).

Kendati demikian, di media sosial banyak masyarakat yang berdalih bahwa timbulnya keramaian di pusat perbelanjaan bukan sepenuhnya salah masyarakat.

"Belanja lebaran tidak salah tentu saja. Anjuran pemerintah untuk memperbaiki perekonomian juga tidak salah. Namun belanjanya kan tidak harus menyebabkan kerumunan," ujar Zubairi.

Zubairi mengatakan, dengan perkembangan teknologi, aktivitas belanja Lebaran di masa pandemi Covid-19 bisa dilakukan dengan lebih aman, misalnya melalui belanja online.

"Tidak harus hadir untuk pesan barang, amat sangat mudah. Jadi sekarang bagaimana mendidik masyarakat agar membiasakan diri membelanjakan barang melalui handphone, melalui komunikasi media sosial," kata Zubairi.

Baca juga: Tsunami Covid-19, India Disarankan Lakukan Penguncian

Singgung kejadian di India

Zubairi mengatakan, berkaca dari fenomena yang tengah terjadi di India, Indonesia memiliki potensi untuk mengalami hal serupa jika kerumunan masyarakat masih terus berlanjut.

"Tentu saja bisa. Karena berbagai faktor yang menyebabkan India meledak itu juga ada di Indonesia. Termasuk juga kemungkinan (varian) virus India itu, B.1.617 itu sudah ada di Kanada, di Amerika, di Eropa. Jadi tidak tertutup kemungkinan sebetulnya varian yang amat mudah menyebar ini sudah ada di Indonesia," kata Zubairi.

Selain varian virus yang lebih mudah menular, Zubairi menyebutkan, ledakan kasus Covid-19 di India juga terjadi karena adanya kerumunan acara keagamaan di Sungai Gangga.

"Di kita, kita masih melihat banyak kerumunan di tempat-tempat ibadah. Di pesantren, di masjid, di gereja, dan juga sewaktu buka bersama, kemudian tarawih," ujar Zubairi.

Selain dua faktor tersebut, euforia pasca-vaksinasi juga ditengarai menjadi salah satu penyebab penularan Covid-19 di India menjadi tidak terkendali.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com