KOMPAS.com - Seorang bocah berusia 10 tahun di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta meninggal dunia setelah menyantap sate beracun jenis sianida yang dibawa ayahnya.
Sang ayah, Bandiman yang berprofesi sebagai pengemudi ojek online, mendapatkan sate untuk takjil tersebut dari perempuan Nani Apriliani (26), yang sebelumnya menyuruh dia untuk mengantarkan sate itu pada seseorang bernama Tomy.
Merasa tidak memesan makanan dan tidak mengetahui pihak pengirim, keluarga Tomy pun tidak bersedia menerima sate tersebut.
Tanpa curiga Bandiman membawa pulang sate takjil tersebut dan disantap oleh anak juga istrinya di rumah.
Naas, belakangan diketahui sate itu mengandung racun jenis Kalium sianida atau KCN. Anak Bandiman tewas sedangkan istrinya berhasil diselamatkan. Keduanya segera dilarikan ke rumah sakit, karena mengalami mual-mual pasca memakan sate beracun itu.
Baca juga: 4 Hari Diburu Polisi, Wanita Misterius Pengirim Sate Beracun Ditangkap, Ini Dugaan Motifnya
Dosen Program Studi Kimia Universitas Diponegoro Semarang, Nor Basid Adiwibawa Prasetya menjelaskan Kalium sianida (KCN) merupakan garam kristal dan berwarna putih, biasanya berbentuk serbuk dan terlihat mirip gula.
"Senyawa ini di Indonesia sering disebut sebagai potas yang banyak disalahgunakan sebagai racun ikan, karena sifatnya beracun dan sangat larut air," jelas Nor Basid saat dihubungi Senin (3/5/2021).
Basid mengatakan, KCN dalam ilmu kimia memiliki sejumlah fungsi, salah satunya sebagai ekstraktor atau zat pengikat logam mulia seperti emas dan perak dari mineral.
Emas dan perak dilarutkan dalam KCN untuk dapat dipisahkan dari senyawa-senyawa lain yang ada di dalam bahan tambang tersebut.
Selain itu, KCN juga banyak dimanfaatkan dalam berbagai macam reaksi sintesis dalam dunia kimia maupun dalam galvanisasi.
"Walau punya kegunaan yang beragam, namun karena sifat toksiknya dan pencemarannya maka penggunaan sianida ini perlu pengawasan," jelas Basid.
Baca juga: Nani Apriliani, Pengirim Sate Maut di Bantul Pesan Racun Kalium Sianida 250 Gram