Selain fungsinya tersebut, KCN juga dapat menyebabkan keracunan apabila terkonsumsi oleh manusia.
Efek toksik ini muncul akibat kandungan sianida yang ada dalam KCN. Cara kerjanya yaitu mencegah sel dalam mengakses oksigen untuk membuat molekul energi.
"Ion sianida, CN-, berikatan dengan atom besi dalam sitokrom C oksidase dalam sel mitokondria. Racun ini bertindak sebagai inhibitor enzim ireversibel untuk mencegah sitokrom C oksidase dari melakukan tugasnya, yaitu untuk mengangkut elektron ke oksigen dalam rantai transpor elektron dari respirasi seluler aerob," jelas dia.
Tanpa kemampuan untuk menggunakan oksigen, mitokondria tidak dapat menghasilkan pembawa energi adenosin trifosfat (ATP).
Akibatnya, sel otot jantung dan sel saraf, yang merupakan jaringan yang membutuhkan bentuk energi ini akan dengan cepat menghabiskan semua energinya dan mulai mati.
"Ketika sejumlah besar sel tersebut mati, maka manusia tersebut juga akan mati," lanjutnya.
Secara sederhana, racun ini membuat tubuh yang mengonsumsinya tidak dapat menggunakan oksigen yang semestinya sangat dibutuhkan untuk menjalankan seluruh organ.
Baca juga: Nani Taburkan Racun Kalium Sianida yang Dipesan Online di Sate Ayam
Nor Basid menjelaskan KCN mempunyai dosis yang dapat memberi respons berupa kematian (LD) pada konsumennya.
"LD50 (oral) sebesar 7,49 mg/Kg pada tikus. LD50 artinya dosis suatu zat yang dapat memberikan respons kematian sebanyak 50 persen dari total populasi yang mengonsumsinya," papar Nor Basid.
"Dengan KCN memiliki LD50 7,5 mg/Kg, maka seseorang dengan berat badan 50 kg kemungkinan (50 persen) akan mati jika mengonsumsi KCN sebanyak 375 mg atau hanya sekitar 0,3 gram," tambahnya.
Angka itu muncul dari perhitungan berat badan x dosis KCN, yaitu 50 kg x 7.5 mg/Kg = 375 mg atau 0,3 gram.