Diberitakan Harian Kompas, 2 Mei 2003, bom yang meledak di Bandara Soekarno-Hatta itu ternyata mengandung trinitrotoluene (TNT) walau dalam jumlah yang sangat sedikit.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Reserse Kriminal Polri saat itu, Komisaris Jenderal Erwin Mappaseng.
Selain itu, polisi juga sudah meyakini siapa pelaku yang meledakkan bom itu.
Mabes Polri lantas memublikasikan dua sketsa wajah yang diduga sebagai pelaku kasus peledakan bom di fasilitas publik tersebut.
Baca juga: Ledakan di Beirut Lebanon Disebut Mirip Peristiwa Bom Hiroshima
Mappaseng menjelaskan, keduanya diduga meletakkan tas berisi rangkaian bom yang meledak di ruang publik Terminal 2F Bandara Soekarno-Hatta.
Kedua orang itu masing-masing mengenakan topi pet dan kopiah.
Erwin Mappaseng menegaskan, sketsa itu dibuat berdasarkan keterangan beberapa saksi di lokasi kejadian. Bahkan, katanya, pada hari kedua setelah peledakan bom di bandara, sketsa wajah pelakunya sudah ada.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Tenggelamnya Kapal Titanic
Analisis awal dari Kapolri saat itu, Jenderal (Pol) Da'i Bachtiar, terdapat tiga kelompok yang diduga melakukan peledakan bom.
Dan salah satu kelompok yang dicurigai adalah Gerakan Aceh Merdeka (GAM), meski hal itu langsung dibantah oleh pihak GAM.
Ditemukan pula indikasi, ada rombongan GAM yang akan berangkat ke Geneva, Swiss, dan menginap di Hotel Quality di bandara, beberapa hari sebelum bom meledak di tempat itu.
Keterangan dari dua orang saksi mengungkapkan, rombongan itu dipimpin Sofyan Ibrahim Tiba, salah seorang negosiator GAM dalam perundingan perdamaian.
Kedua saksi juga menuturkan, dua orang yang ciri-cirinya mirip dengan sketsa wajah polisi, sempat masuk ke kamar nomor 42 yang dihuni rombongan tersebut.
Baca juga: Diterapkan di Sejumlah Ruas Jalan Tol, Apa Itu E-TLE?
Penyidikan kasus ini memang menemui hambatan lantaran kamera pemantau situasi di mana terjadi ledakan ternyata tak berfungsi.
Hal itu diungkap oleh Kapolda Metro Jaya saat itu, Inspektur Jenderal Makbul Padmanagara.
"Saya mendapat laporan bahwa kamera pemantau yang ada di tempat kejadian perkara rusak dan tidak berfungsi. Alasannya mengapa sampai rusak, saya belum tahu," ujar Makbul dikutip dari Harian Kompas, 30 April 2003.
Namun, Direktur Operasi PT (Persero) Angkasa Pura II kala itu, Mulyono DS menegaskan, kamera yang ada di dekat TKP berfungsi baik.
"Hanya memang tidak bisa merekam langsung daerah ledakan yang berada di pinggiran lokasi akibat terhalang sebuah gerai yang ada dekat situ," paparnya.
Mulyono mengakui bahwa ada beberapa kamera yang harus diperbaiki karena saat itu masih belum dapat berfungsi baik.
Baca juga: 4 Fakta soal Bandara Kertajati yang Akan Dijadikan Bengkel Pesawat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.