Pemikiran serta gagasan Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya kepada sahabatnya ini kemudian didokumentasikan ke dalam sebuah buku oleh Jacques Henrij Abdenaon (suami dari Rosa Abendanon), Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda.
Buku itu berjudul Door Duisternis tot Licht (Dari Kegelapan Menuju Cahaya) dan diterbitkan kembali menjadi buku kumpulan surat Kartini pada tahun 1922 oleh Penerbit Balai Pustaka dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.
Sayangnya, perjuangan Kartini terbilang singkat, ia meninggal di usia muda, yaitu 25 tahun pada 17 September 1904. Meskipun begitu, pemikiran Kartini meninggalkan pengaruh yang luar biasa hingga saat ini karena ia berjuang di level intelektual dan ideologis.
Sejak bukunya diterbitkan, kemudian didirikanlah Yayasan Kartini pada tahun 1916 yang aktif mengkaji dan melanjutkan pemikiran Kartini serta mendirikan sekolah untuk pemberdayaan perempuan di Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Malang hingga Cirebon.
Meskipun harus berjuang di dalam cengkraman budaya feodalistik Jawa dan Kolonial, melalui gagasan dan pemikirannya Kartini mampu membuktikan bahwa kondisi sesulit apapun bukan rintangan baginya untuk maju secara intelektual dan merdeka dari penjajahan.
Sastrawan besar Indonesia, Pramoedya Ananta Toer melihat sosok Kartini sebagai pemikir sosial karena gagasan-gagasannya yang analitik dan komprehensif serta kritikan-kritikannya yang bersifat fundamental-radikal.
Sebagai pejuang perempuan bumiputera yang hidup di era Kolonial, Kartini sudah mampu merumuskan dan memperjuangkan kemajuan untuk membebaskan rakyatnya dari kolonialisme. Ia bahkan tanpa ragu mengkritik tradisi bangsanya sendiri yang dinilai menjajah rakyatnya sendiri, terutama perempuan.
Kartini juga merupakan perempuan bumiputera pertama yang berpikir tentang fungsi sastra untuk menaikkan derajat dan peradaban bangsa, dan itu ia buktikan melalui tulisan-tulisannya karena ia sadar bahwa pemikiran bersifat monumental dan tidak akan pernah mati.
Dari Kartini kita belajar bahwa perjuangan sejati harus bertumpu pada kepentingan bangsa dan rakyat. Baginya segala bentuk perjuangan harus mengandung manfaat dan didasarkan kepada realitas demi untuk kepentingan bersama.
Sebagai bangsa yang pluralistik, kita juga belajar tentang pentingnya kemanusiaan di atas segala bentuk perbedaan, serta belajar terbuka dengan segala bentuk pemikiran dan pengetahuan untuk memajukan bangsa serta melawan hegemoni yang bersifat menjajah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.