Hal ini layaknya masyarakat asal Jawa Tengah, yang memiliki logat bicara yang berbeda dengan masyarakat asal Jawa Barat.
Laura Molles mempelajari soal dialek burung ini bertahun-tahun. Dalam penelitiannya Molles mendapatkan fakta bahwa burung muda hanya bernyanyi sebisanya. Namun burung dewasa, lebih bisa menata nada-nadanya hingga terbentuk nyanyian yang lebih enak didengarkan.
Menata nada ini ternyata termasuk menata dialek. Jadi burung, memiliki logat cericit berbeda-beda, tergantung dari wilayah tinggalnya.
Baca juga: 8 Burung Peliharaan Terbaik untuk Kamu yang Sibuk
Jadi ketika seekor burung tersesat, ia akan segera dikenali sebagai pendatang baru oleh sekawanan burung di lingkungan asing.
Penelitian unik yang menemukan soal dialek burung ini ternyata sudah berlangsung sejak tahun 1950, diprakarsai oleh Peter Marler, peneliti asal Inggris.
Dalam penelitiannya, dialek dalam satu wilayah burung bisa tercipta ketika burung muda sering mendengarkan kicauan dan kemudian menirukan cericit burung dewasa.
Awalnya, seluruh kicauan sama. Hingga suatu hari, ada seekor burung yang salah menirukan, dan kemudian ditiru oleh anakan-anakan burung yang ada di wilayahnya.
Di situlah, akhirnya tercipta sebuah logat baru yang berbeda dari yang lainnya.
Baca juga: Para Pemilik Harus Tahu, Ini Tanda-tanda Depresi pada Burung
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.