Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Presiden Ketiga RI: Bacharuddin Jusuf Habibie

Kompas.com - 14/03/2021, 14:05 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Habibie menjadi presiden mulai 21 Mei 1998 sampai 20 Oktober 1999. Dia menjadi kunci masa transisi Indonesia dari rezim Order baru ke Masa Reformasi.

Dia meletakkan sejumlah fondasi bagi sistem pemerintahan yang berjalan sampai sekarang. Salah satu yang diapresiasi adalah adanya kebebasan pers (dengan adanya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers).

Selain itu dia juga memprakarsai Bank Indonesia (BI) yang independen dan lepas dari pengaruh pemerintah, mengeluarkannya dari struktur kekuasaan eksekutif. Independensi memberi keleluasaan kepada BI untuk mengelola sektor moneter.

Pada masa pemerintahan Habibie, penguatan rupiah yang nilai tukarnya sempat menyentuh Rp 16.800 per dollar AS terjadi sesudah krisis moneter. Nilai tukar tertinggi rupiah pada masa Habibie adalah Rp 6.500 per dollar AS.

Dia juga membuat sejarah dengan membuat mempersiapkan Pemilu 1999 yang merupakan pemilu demokratis pertama pasca-Orde Baru.

Seperti keran yang dibuka, saat itu partai politik berbondong-bondong ikut serta, yakni sebanyak 48 partai politik ikut serta Pemilu 1999.

Namun pemerintahannya mendapat kritik paling keras karena lepasnya Timor Timur dari Indonesia.

Habibie dituntut mundur oleh mahasiswa pada akhirnya, karena dia dianggap tidak dapat menjalankan amanah reformasi, terutama pengadilan untuk Soeharto.

Pada Sidang Istimewa MPR 1999, 13 November 1999, Habibie membacakan pidato pertanggungjawaban. Tapi pidato tersebut ditolak MPR dan Habibie batal dicalonkan menjadi presiden. Kepemimpinan pun berganti.

Baca juga: Sebelum Bergelar Profesor, Begini Perjalanan Akademik Habibie

Kejeniusan Habibie

Kejeniusan Habibie tak hanya diakui bangsa Indonesia, tapi juga dunia. Dia punya julukan Mr Crack karena kontribusi besarnya bagi teknologi pesawat terbang global.

Namanya pun melekat menjadi nama teorema di bidang termodinamika. Teorema Habibie (dikenal sebagai Crack Propagation Theory) menyelesaikan persoalan yang sebelumnya memicu banyak kecelakaan pesawat terbang.

Teori ini memberikan formulasi perhitungan matematis untuk menemukan potensi rekahan pada kerangka badan pesawat. Istilah teknis untuk rekahan ini adalah crack.

Sebutan Mr Crack tak hanya untuk persoalan yang Habibie selesaikan saat dia berusia 32 tahun itu, tetapi sekaligus juga pengakuan atas kemampuannya memecahkan permasalahan semacam itu.

Formulasi Habibie mendapat apresiasi global terutama karena pada saat itu bersamaan dengan momentum mulai digunakannya mesin jet untuk penggerak pesawat, menggenapi teknologi baling-baling.

Cita-cita Habibie adalah membuat industri pesawat, bukan sekadar pesawat. Setahap demi setahap, cita-cita Habibie ini sempat mengejutkan dunia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com