Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Jakarta, Waspada Hujan Lebat hingga 25 Februari 2021

Kompas.com - 20/02/2021, 18:52 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah wilayah di DKI Jakarta dan sekitarnya dilaporkan terendam banjir, Sabtu (20/2/2021).

Hingga Sabtu sore, banjir di sejumlah titik belum surut.

Akibatnya, ribuan keluarga terpaksa mengungsi ke posko yang disediakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.

Tak hanya itu, lalu lintas di wilayah yang terdampak banjir pun lumpuh, karena luapan air mengganggu di sejumlah ruas jalan.

Warga Ibu Kota diingatkan untuk tetap waspada karena masih ada potensi hujan lebat hingga 25 Februari 2021.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, BMKG sudah memprediksi wilayah Jabodetabek akan diguyur hujan lebat dengan intensitas curah hujan antara 100-150 mm pada 18-19 Februari 2021.

Ia menyebutkan, curah hujan tertinggi terjadi di Pasar Minggu dengan intensitas 226 mm/hari, di Sunter Hulu 197 mm/hari, Halim mencapai 176 mm/hari, dan di Lebak Bulus mencapai 154 mm/hari.

"Umumnya kejadian hujan terjadi malam hingga dini hari berlanjut sampai pagi hari. Ini merupakan waktu-waktu kritis dan perlu diwaspadai," ujar Dwikorita saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (20/2/2021).

Baca juga: Analisis BMKG soal Banjir Jakarta, dari Penyebab hingga Fenomena La Nina

Dwikorita mengingatkan, wilayah Jabodetabek masih masuk puncak musim hujan yang diperkirakan berlangsung akhir Februari hingga awal Maret 2021.

Potensi hujan lebat hingga 25 Februari

Untuk kondisi cuaca sepekan ke depan, BMKG memprediksi bahwa seluruh wilayah Indonesia masih ada potensi hujan dengan intensitas lebat disertai kilat petir dan angin kencang hingga 25 Februari 2021.

Adapun wilayah yang mengalami hujan dengan intensitas lebat yakni, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, hampir smeua wilayah di Pulau Kalimantan dan Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. 

"Kami mengimbau masyarakat untuk tetap tenang namun waspada dan berhati-hati terhadap dampak cuaca ekstrem seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang dan gelombang tinggi," ujar Dwikorita.

Pada sepekan ke depan (19-24 Februari 2021), perlu diwaspadai peningkatan gelombang tinggi disejumlah perairan di wilayah Indonesia yaitu gelombang dengan ketinggian 2,5 - 4 meter (kategori tinggi).

Gelombang ini berpeluang terjadi di Perairan utara Sabang-Selat Malaka bagian utara, Perairan barat Lampung, Samudra Hindia barat Pulau Enggano, Perairan selatan Pulau Jawa hingga NTB, Selat Bali-Lombok-Alas bagian selatan, Samudra Hindia selatan Pulau Jawa hingga NTB.

Adanya potensi gelombang sangat tinggi antara 4-6 meter yang berpeluang terjadi di Laut Natuna utara, Perairan Kepulauan Talaud, Perairan utara Halmahera, Samudera Pasifik utara Halmahera hingga Papua Barat.

Baca juga: PMI Dirikan Dapur Umum dan Pengungsian untuk Korban Banjir di Jakarta

Penyebab banjir di Jakarta dan sekitarnya

Terkait penyebab banjir, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, mengatakan, kondisi cuaca ekstrem di wilayah Jabodetabek tersebut disebabkan sejumlah faktor, antara lain:

1. Adanya seruakan udara udara dari Asia yang cukup signifikan mengakibatakan peningkatan awan hujan di Indonesia bagian barat pada 18-19 Februari 2021.

2. Aktivitas gangguan atmosfer di zona equator (Rossby equatorial) mengakibatkan perlambatan dan pertemuan angin dari arah utara membelok tepat melewati Jabodetabek, sehingga terjadi peningkatan intensitas pembentukan awan-awan hujan.

3. Tingkat labilitas dan kebasahan udara di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat yang cukup tinggi, di mana hal ini menyebabkan peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Jabodetabek.

4. Adanya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian utara yang membentuk pola konvergensi di sebagian besar Pulau Jawa dan berkontribusi juga dalam peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di barat Jawa termasuk Jabodetabek.

Efek La Nina

Sementara itu, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal, menjelaskan, musim hujan 2020-2021 dipengaruhi fenomena iklim global La Nina yang dapat meningkatkan curah hujan hingga 40 persen.

Menurut dia, fenomena ini diperkirakan masih akan berlangsung sampai Mei 2021.

Herizal menjelaskan, curah hujan di sebagian wilayah Indonesia masih berpotensi menengah hingga tinggi (200-500 mm/bulan) pada Maret-April 2021.

Adapun, sebagian besar Papua dan sebagian Sulawesi berpotensi mendapatkan curah hujan bulanan kategori tinggi-sangat tinggi atau lebih dari 500 mm/bulan.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Cara Tangani Dokumen agar Tak Rusak Parah karena Banjir

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Tren
Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Tren
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Tren
Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Tren
Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com