Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Masih Ragu soal Vaksin Covid-19 Sinovac? Ini Kata Epidemiolog

Kompas.com - 12/01/2021, 12:45 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) telah memberikan izin penggunaan darurat atau use of emergency authorization bagi vaksin Covid-19 dari Sinovac pada Senin (11/1/2021).

Izin itu diberikan setelah BPOM mengkaji hasil uji klinis tahap 3 yang dilakukan di Bandung, Turki, dan Brasil.

Kepala BPOM Penny Lukito menyebutkan, secara keseluruhan vaksin Sinovac aman dan tidak menimbulkan efek samping yang berat.

Selain itu, vaksin Sinovac juga efektif dalam membentuk antibodi di dalam tubuh penerimanya, sehingga mampu membunuh atau menetralkan virus corona penyebab Covid-19.

Baca juga: BPOM Terbitkan Izin Penggunaan Darurat Vaksin Covid-19 Sinovac

Tahapan uji klinik

Menanggapi keluarnya izin darurat ini, epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman, menyatakan apa yang diputuskan BPOM sudah melalui tahapan dan berbasis pada kaidah-kaidah yang sifatnya global.

Pernyataan itu disampaikan Dicky merujuk pada keterangan BPOM yang menyebut sudah mengkaji hasil uji klinis tahap 3 tidak hanya di Brasil dan Turki, tetapi juga di Bandung.

Meskipun uji klinis tahap 3 yang dilakukan di Bandung belum sepenuhnya tuntas, Dicky menyebut hal itu sudah sesuai dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni minimal 3 bulan pasca-penyuntikan kedua.

"Dari dasar-dasar itu, kita harus memahami bahwa ini sudah benar tahapannya," kata Dicky, Senin (11/1/2021).

Mengenai hasil efikasi vaksin Sinovac yang ada di angka 65,23 persen, Dicky mennyebut ini sudah cukup memadai.

"Ini sebetulnya sudah menjadi satu dasar yang cukup memadai dan kuat, Sinovac ini aman, halal, dan memiliki efikasi yang memadai. Saya sampaikan memadai, karena dia sudah memenuhi threshold," sebutnya.

Baca juga: Vaksin Covid-19 Sinovac Miliki Efikasi 65,3 Persen, Apa Bedanya Efikasi dan Efektivitas?

Masyarakat tidak perlu khawatir

Dicky meminta masyarakat yang akan menerima vaksin untuk tidak ragu lagi terhadap vaksin Sinovac.

Sebab, selain uji klinik telah dijalankan sesuai kaidah sains, vaksin juga terbukti memiliki efikasi di atas standar yang ditetapkan WHO. 

"Secara sains sudah terbukti sejauh ini aman. Selain itu, vaksin memiliki setidaknya ada efek atau fungsi proteksi 65,23 persen efikasi, kalaupun turun tetap di atas kisaran 50 persen," jelas Dicky.

Ini berarti, penerima vaksin memiliki potensi terlindung dari infeksi Covid-19 sebesar 65,23 persen, atau jikapun turun, masih ada di atas 50 persen.

Kemungkinan efikasi turun, disebut Dicky, masih ada karena belum tuntasnya proses uji klinis tahap akhir di Bandung.

Lebih lanjut, tingkat efikasi 50-65 persen ini juga berarti seseorang yang menerima vaksin Sinovac masih tetap memiliki potensi untuk terkena virus corona.

"Karena dengan efikasi seperti ini, katakanlah sekitar 50 persen, artinya akan ada sebagian dari penerima vaksin itu yang tetap tidak memiliki proteksi," ungkap Dicky.

Baca juga: Update Corona 12 Januari: WHO Sebut Herd Immunity Belum Bisa Tercapai pada 2021

Terapkan 5M dan tingkatkan 3T

Mengingat masih adanya potensi seseorang terinfeksi, selain juga sebagian besar masyarakat yang belum bisa menerima vaskin dalam waktu dekat, Dicky mengingatkan untuk terus menerapkan 5M dan 3T.

5M terdiri dari memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, membatasi mobilitas, dan menjauhi kerumunan. Hal ini menurutnya harus terus dilakukan oleh masyarakat meskipun program vaksinasi sudah dimulai.

"Ini kan berjarak 2 minggu (pemberian dosis pertama dan kedua), tentu akan memerlukan waktu 2 minggu lagi sejak penyuntikan kedua. Artinya, selain karena ini akan memerlukan waktu untuk respons, jadi upaya 5M itu ya tidak bisa ditanggalkan, akan berbahaya sekali kalau masyarakat yang menerima (vaksin) ini merasa aman," jelas dia.

Sementara 3T merupakan testing, tracing, dan treatment yang menjadi bagian dari tugas pemerintah.

"Pemerintah wajib melakukan dan meningkatkan 3T, mereka (yang masih berpotensi terinfeksi) harus tetap dilindungi," ucap Dicky.

Baca juga: Rabu, Presiden Jokowi dan Dimulainya Vaksinasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Tren
Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

Tren
Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com