"Disebutin waktu itu, yang tipe B rumah sakitnya ini, ini, sama ini. Saya datengin itu satu-satu di seputaran Bekasi itu," kata Ratna.
"Mulai dari rumah sakit yang menerima BPJS, karena kebetulan kakakku ASN kan, jadi dia pakai BPJS. Terus saya dateng ke beberapa rumah sakit, baik yang swasta maupun yang menerima BPJS," kata dia.
Dari beberapa rumah sakit yang dia kunjungi, Ratna mengaku menyaksikan sendiri bahwa ruang IGD terisi penuh oleh pasien-pasien yang butuh pertolongan.
"Salah satu rumah sakit itu bilang ada itu space, tapi itu duduk. Jadi di kursi aja gitu dijejer. Nah, kalau kondisi seperti kakakku itu kayaknya enggak memungkinkan dibawa ke IGD yang seperti itu. Terus saya pindah lagi, ke rumah sakit lain lagi," kata Ratna.
Ratna mengatakan, kakaknya dipastikan negatif Covid-19, karena dia selalu menjalani tes swab PCR, sebelum menerima kemoterapi.
"Seminggu sebelumnya, kakakku kemoterapi kan. Selalu sebelum kemoterapi kakakku swab. Ketika ditanyain, karena masih seminggu ya masih berlaku. Negatif sih selama ini, alhamdulillah," kata Ratna.
Baca juga: Berkaca dari Italia, Apa yang Dilakukan Saat Rumah Sakit Penuh?
Di rumah sakit berikutnya, pemandangan yang dia saksikan lebih mengejutkan lagi. Ada tiga ambulans yang stand-by di depan IGD, dan di dalamnya masih ada pasien yang belum turun.
"Penuhnya asli, dan itu bener-bener full. Saya pakai mata saya sendiri, masuk ke IGD itu, saya lihat memang crowded banget, chaos banget di situ," kata Ratna.
"Sampai akhirnya saya diskusi sama orang IGD-nya, 'Bisa enggak saya dapat layanan visit dokter? Karena ini kakak saya sudah tidak merespons apa pun. Saya hanya perlu penanganan emergency saja'" lanjut dia.
Akan tetapi, karena situasi pandemi Covid-19, maka petugas yang ada di IGD itu menjawab tidak bisa dilakukan layanan visit dokter. Akhirnya, Ratna pindah ke rumah sakit lain.
"Sekitar 4-5 rumah sakit, sampai kembali lagi ke dekat rumah. Saya lihat ada rumah sakit kecil, saya masuk lagi. Di situ ada bed tapi dia (petugas) bilang 'Kami enggak punya ventilator'" ujar Ratna.
Karena Ratna menginformasikan bahwa kakaknya sudah tak sadarkan diri, petugas rumah sakit menyebutkan butuh ventilator untuk perawatan.
"Padahal saya cuma butuh emergency tok kok, tapi memang enggak bisa," ujar dia.
Akhirnya, karena gagal mendapatkan kamar perawatan, Ratna kembali ke rumah kakak iparnya.
Di sepanjang perjalanan itu, dia juga mencoba menghubungi saudara dan temannya yang bekerja di rumah sakit, untuk menanyakan apakah dirinya bisa mendapatkan kamar perawatan untuk kakak iparnya.