Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Twitter Akan Mulai Menghapus Misinformasi Vaksinasi Covid-19

Kompas.com - 18/12/2020, 11:00 WIB
Gloria Natalia Dolorosa

Penulis

KOMPAS.com - Twitter berencana menghapus twit berisi klaim palsu atau menyesatkan seputar vaksinasi Covid-19 mulai 21 Desember 2020.

Kebijakan ini muncul ketika dunia bersiap mendistribusikan vaksin, dan saat sejumlah negara, seperti Amerika Serikat dan Inggris, tengah menggelar vaksinasi.

"Kami fokus menekan informasi menyesatkan yang memunculkan potensi bahaya terbesar bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat," tulis Twitter di blog-nya, Rabu, (16/12/2020).

Penghapusan twit berisi narasi palsu atau menyesatkan tentang vaksinasi Covid-19 mencakup sejumlah topik narasi.

Pertama, klaim palsu yang menyarankan imunisasi dan vaksin digunakan dengan sengaja untuk membahayakan atau mengendalikan populasi, termasuk pernyataan tentang vaksin yang memicu konspirasi yang disengaja.

Kedua, klaim palsu yang telah banyak dibantah tentang dampak buruk atau akibat dari menerima vaksinasi. Ketiga, klaim palsu bahwa Covid-19 tidak nyata atau tidak serius, dan karena itu vaksinasi tidak diperlukan.

Beberapa minggu mendatang, Twitter mulai memberi label atau peringatan pada twit yang berisi informasi menyesatkan tentang vaksin.

"Mulai awal 2021, kami memberi label atau peringatan pada twit yang menyebarkan rumor tidak berdasar, klaim yang disengketakan, serta informasi yang tidak lengkap atau di luar konteks tentang vaksin," tulis Twitter.

Twit yang diberi label itu nantinya ditautkan ke informasi kesehatan masyarakat yang berwenang atau Peraturan Twitter sebagai konteks tambahan dan informasi yang otoritatif tentang Covid-19.

Sebelumnya, Twitter telah menghapus twit yang menyertakan informasi palsu atau menyesatkan tentang sejumlah topik, antara lain soal sifat virus, seperti bagaimana penyebarannya di dalam komunitas.

Selain itu, topik manfaat atau keamanan tindakan pencegahan dan pengobatan untuk mengurangi atau mengobati penyakit.

Topik lain yakni peraturan resmi, batasan, atau pengecualian yang berkaitan dengan nasihat kesehatan serta risiko infeksi atau kematian.

Awal Desember lalu, Facebook mengumumkan kebijakannya untuk menghapus klaim palsu tentang vaksin Covid-19 yang telah dibantah para ahli kesehatan di platform Facebook dan Instagram.

Klaim palsu seputar vaksin Covid-19 yang dihapus mencakup klaim palsu tentang keamanan, kemanjuran, kandungan atau efek samping dari vaksin.

Misal, klaim palsu bahwa vaksin Covid-19 mengandung microchip atau apa pun yang tidak ada dalam daftar resmi bahan vaksin.

Facebook juga berencana menghapus teori konspirasi soal Covid-19 yang diketahuinya salah. Contohnya, populasi tertentu yang digunakan tanpa persetujuan mereka untuk menguji keamanan vaksin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com