Dengan satu klik, tutup alat tersebut terbuka dan desiran kipas membuat para nyamuk terlepas.
Alat itu sendiri diberi nama Gravitraps yang akan menerbangkan 150 nyamuk jantan.
Nantinya setelah terlepas si nyamuk jantan akan mencari pasangan betina untuk melakukan perkawinan. Namun dari perkawinan itu mereka tak akan bisa memiliki anak.
Melansir dari Strait Times, Badan Lingkungan Nasional Singapura (NEA) melakukan pelepasan nyamuk di wilayah Yishun dan Tampines yang menyumbang kasus DBD banyak di negara itu.
Baca juga: Kenapa Gigitan Nyamuk Membuat Gatal?
Proyek pelepasan nyamuk laboratorium di kota itu ditargetkan akan selesai pada Maret 2022.
"Hasil awal yang menggembirakan dari lokasi penelitian ini memberi kami keyakinan untuk memperluas pelepasan ke lebih banyak wilayah," kata Associate Professor Ng Lee Ching, direktur Institut Kesehatan Lingkungan NEA.
Mengutip dari laman NEA, pelepasan nyamuk laboratorium ini hanya menargetkan dan menekan Aedes aegypti, vektor utama demam berdarah, chikungunya maupun Zika di Singapura.
Baca juga: Mengenal Penyakit Stroke, dari Gejala hingga Pencegahannya
Adapun jenis nyamuk lain tidak terpengaruh oleh pelepasan.
Karena itulah, Nea mengklaim bahwa nyamuk Wolbachia-Aedes ini tidak memiliki dampak ekologis yang berarti.
Di Singapura setidaknya ada 180 spesies nyamuk yang teridentifikasi.
Baca juga: Sistem Kekebalan Tubuh, Gejala Parah Covid-19, dan Mutasi Virus Corona...