Seorang ahli imunologi di Universitas Yale, Akiko Iwasaki, mengatakan dia tidak terkejut bahwa tubuh memberikan respons yang tahan lama karena itulah yang seharusnya terjadi.
Tetap saja, dia tergugah oleh penelitian, "Ini adalah berita yang menggembirakan."
Sejumlah kecil orang yang terinfeksi dalam studi baru ini tidak memiliki kekebalan jangka panjang setelah pemulihan, mungkin karena perbedaan jumlah virus corona yang mereka alami.
Baca juga: Saat Australia Mencoba Alternatif Pelacakan Virus Corona Melalui Selokan...
Tetapi vaksin dapat mengatasi variabilitas individu itu, menurut Jennifer Gommerman, ahli imunologi di Universitas Toronto.
“Itu akan membantu dalam memfokuskan respons, jadi Anda tidak mendapatkan jenis heterogenitas yang sama seperti yang Anda lihat pada populasi yang terinfeksi,” katanya.
Dilansir Forbes, 4 November 2020, penelitian baru itu mengumpulkan sampel darah dari 185 pasien berusia antara 19 hingga 81 tahun yang dinyatakan positif mengidap virus corona (SARS-CoV-2) di awal pandemi.
Dari mereka ditemukan bahwa sebagian besar memiliki sel kekebalan yang cukup untuk memerangi virus dan mencegah infeksi ulang.