Masih dari sumber yang sama, konstruksi rangka pesawat Eurofighter Typhoon disebut menggunakan bahan komposit mutakhir, agar tidak mudah terdeteksi radar sekaligus menciptakan rangka yang kokoh.
Hanya 15 persen permukaan pesawat yang menggunakan bahan logam, membuat Eurofighter Typhoon berfungsi dengan baik untuk operasi senyap dan terlindung dari deteksi radar.
Material yang digunakan antara lain, karbon fiber, aluminium lithium, titanium, glass reinforced plastic (GRP), dan aluminium casting.
Di sektor mesin, Eurofighter Typhoon menggunakan mesin jet kembar Eurojet yang mampu menghasilkan daya dorong (thrust) 90 kN.
Berkat mesin ini pula, Eurofighter Typhoon mampu mencapai kecepatan supersonik dalam waktu yang lebih lama. Mesin ini juga diklaim tahan lama, yakni 1.000 jam terbang tanpa perlu perawatan.
Baca juga: Prabowo Bertemu Menhan AS di Pentagon, Ini Topik yang Akan Dibahas
Eurofighter Typhoon juga dilengkapi dengan sensor mutakhir yang mampu mengintegrasikan dan memutakhirkan data pertempuran secara real time.
Pesawat ini juga dilengkapi dengan Pirate Infrared Sensor, yang diklaim mampu mendeteksi dan melacak banyak target bergerak.
Untuk urusan tempur, Eurofighter Typhoon dipersenjatai dengan Short Range Air-to-Air Missiles (SRAAM) dan Mauser Cannon kaliber 27 milimeter.
Selain itu, pesawat ini juga dilengkapi dengan teknologi beyond-visual-range (BVR) Air-to-Air missile yang diklaim memberi keuntungan lebih dalam duel udara.
Baca juga: Pergi ke Amerika Serikat, Prabowo Bidik Pesawat F-35?
Dilansir dari GlobalSecurity.org, Eurofighter Typhoon juga dinilai memiliki sejumlah keunggulan saat melakukan misi tempur, meliputi: