Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sudirman Said
Ketua IHN

Ketua Insitut Harkat Negeri (IHN)

Menata Ulang Bangsa, Mempertemukan Kepemimpinan dan Kepercayaan Publik

Kompas.com - 25/09/2020, 10:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Hendak dikatakan di sini bahwa upaya mengatasi keadaan akan sangat mengandalkan kepercayaan warga atau kepercayaan publik.

Pemusatan kekuasaan pada individu merupakan jalan lapang bagi membaurnya domain publik dan domain privat.

Memang, jika dilihat dengan kacamata ini, dalam proses penyelenggaraan pembangunan akan selalu tampak ketegangan antara yang privat dan yang publik.

Ketika kepemimpinan tampak jelas berorientasi pada kepentingan publik, pada saat itulah kepercayaan publik terkonsolidasi.

Sebaliknya, ketika kepemimpinan mulai menonjolkan kepentingan privat, apakah pribadi, keluarga maupun kelompok, pada saat itulah grafik kepercayaan publik menurun, bahkan mungkin akan melaju sampai ke titik nol.

Perjalanan bangsa sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 memperlihatkan dengan sangat jelas bahwa suatu stabilitas politik yang sepenuhnya mengandalkan kepercayaan publik, merupakan hal yang sangat sulit dicapai. Karena itu, selalu muncul godaan untuk mengambil jalan pintas.

Yang dimaksudkan dengan jalan pintas di sini adalah jalan pemusatan kekuasaan politik dan hukum.

Ujung Orde Lama merupakan bentuk konkret di mana semua kekuasaan ada di tangan satu orang.

Ujung Orde Baru, dalam formatnya yang berbeda, pada dasarnya memuat substansi yang sama, yakni otoritarianisme dan sentralisme.

Watak tersebut langsung tampak dari wajah orde selanjutnya, yang ditandai dengan demokratisasi (pers bebas, kebebasan berorganisasi, pemilu, dan lain-lain) dan desentralisasi, serta masalah KKN.

Kini, demokrasi pasca-Orde Baru telah melahirkan tiga kali pemilu presiden, yang dapat dikatakan bahwa ruang kesempatan bagi pemusatan kekuasaan telah menjadi semakin sempit.

Yang menjadi pertanyaan besar kita adalah bagaimana membatasi segala potensi yang memungkinkan diambilnya jalan pintas dalam membangun stabilitas politik. Mungkinkah sepenuhnya dihadirkan suatu kepemimpinan publik?

Pertanyaan ini sangat layak untuk diajukan, mengingat bangsa membutuhkan stabilitas yang sesungguhnya, agar seluruh agenda bangsa dapat dijalan secara baik, sehingga cita-cita bangsa dapat diwujudkan menjadi kenyataan dalam kehidupan sehari-hari.

Kebutuhan akan stabilitas, didasarkan pada kenyataan bahwa instabilitas (politik) telah menjadi bagian dalam perjalanan bangsa.

Karena itulah, kita diperlukan suatu konsepsi baru menyangkut stabilitas, yang dalam hal ini hendak kita mengerti sebagai keadaan politik yang ditandai dengan bekerjanya kepemimpinan publik.

Adapun kepemimpinan publik adalah wujud kepemimpinan yang dalam segala seginya berorientasi pada kepentingan dan keselamatan publik, dalam segala tindak-tanduknya didasarkan pada nilai-nilai keutamaan, dalam bekerja senantiasa mengandalkan ilmu, mengerti sejarah secara baik, dan mempunyai visi yang kongruen dengan cita-cita publik.

Untuk mendapatkannya, diperlukan dua langkah sekaligus, yakni pada satu sisi menjaga agar jangan sampai jalan pragmatik-transaksional, sehingga stabilitas politik dibangun di atas tiang yang rapuh, dan di sisi yang lain adalah melebarkan ruang kesempatan bagi mereka yang mampu mengemban kepemimpinan publik untuk dapat masuk arena dan mengabdi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Tren
Tema Met Gala dari Masa ke Masa, 'Sleeping Beauties: Reawakening Fashion' Jadi Tajuk 2024

Tema Met Gala dari Masa ke Masa, "Sleeping Beauties: Reawakening Fashion" Jadi Tajuk 2024

Tren
Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Tren
Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Tren
Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Tren
Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com