Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Sistem Kesehatan Ambruk, Epidemiolog: Tak Ada Jalan Selain Lockdown

Kompas.com - 15/09/2020, 14:03 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

Namun ternyata tidak hanya itu akibatnya.

Dicky menyebut ada dampak jangka panjang yang akan terjadi, yakni penurunan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat, yang pada akhirnya akan membebani negara di waktu mendatang.

Baca juga: Berkaca dari Italia, Apa yang Dilakukan Saat Rumah Sakit Penuh?

Pasien tak tertangani yang ada di derajat sedang bisa saja berakhir kritis dan fatal, namun bisa juga sembuh. Tapi, ia menjelaskan sembuh pun bukan berarti semua masalah selesai.

"Misalkan pun pasien berderajat sedang ini bisa melewati masa kritisnya, tapi dampak kerusakan pada organ juga kan terjadi umum. Dan ini dampak jangka panjangnya tidak main-main," sebut Dicky.

Akibat kerusakan organ yang terjadi, sisa infeksi Covid-19 ini bisa memicu datangnya penyakit lain, misalnya jantung dan paru di masa depan.

Kondisi tersebut yang dimaksud Dicky menjadi akibat jangka panjang dan membebani negara di waktu mendatang apabila sistem kesehatan ambruk.

"Artinya dampak pandemi ini bukan dampak jangka pendek saja, bukan hanya kematian saja, tapi juga dampak penurunan kesehatan dalam jangka panjang, termasuk pada anak-anak dan dewasa juga," ungkapnya.

Lockdown satu-satunya pilihan

Jika krisis layanan kesehatan atau ambruknya sistem kesehatan ini benar-benar terjadi, Dicky menyebut tidak ada toleransi apa pun, karantina wilayah atau lockdown yang bersifat total harus dilakukan.

"Bila sudah seperti itu tidak ada jalan lain selain lockdown total (karantina wilayah) sambil menguatkan aspek testing, tracing (isolasi dan karantina)," papar Dicky.

Ambruknya sistem kesehatan bukan hanya hal dalam angan, ini pernah terjadi di sejumlah wilayah selama pandemi Covid-19 ini berlangsung.

Misalnya di New York, Italia, Brazil, dan Wuhan saat gelombang pertama infeksi.

Di saat seperti itu, negara tidak lagi mempunyai alasan untuk tidak memberlakukan penguncian wilayah. Bahkan alasan ekonomi pun tak berlaku.

"Pada situasi tersebut sudah tidak ada pilihan, negara terbatas resources sekali pun, seperti Peru, akhirnya lockdown," pungkas Dicky. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Dibuka Hari Ini, Berikut Cara Daftar Akun PPDB Jateng 2024

Dibuka Hari Ini, Berikut Cara Daftar Akun PPDB Jateng 2024

Tren
6 Kandidat Pilpres Iran, Mantan Presiden Mahmoud Ahmadinejad Dicoret

6 Kandidat Pilpres Iran, Mantan Presiden Mahmoud Ahmadinejad Dicoret

Tren
Ketika Makam Mbah Moen di Mekkah Tak Pernah Sepi Peziarah...

Ketika Makam Mbah Moen di Mekkah Tak Pernah Sepi Peziarah...

Tren
Jerat Judi Online dan Narkoba di Lingkungan Kepolisian, Kompolnas: Ironis…

Jerat Judi Online dan Narkoba di Lingkungan Kepolisian, Kompolnas: Ironis…

Tren
Bulan Disebut Mulai Menjauh dari Bumi, Kecepatannya Setara dengan Pertumbuhan Kuku Manusia

Bulan Disebut Mulai Menjauh dari Bumi, Kecepatannya Setara dengan Pertumbuhan Kuku Manusia

Tren
Deretan Korban Tewas karena Judi Online, Terbaru Polwan Bakar Suami di Mojokerto

Deretan Korban Tewas karena Judi Online, Terbaru Polwan Bakar Suami di Mojokerto

Tren
Ramai soal Uang Rp 10.000 Dicoret-coret, Pelaku Terancam Denda Rp 1 M

Ramai soal Uang Rp 10.000 Dicoret-coret, Pelaku Terancam Denda Rp 1 M

Tren
Judi Online Makan Korban Aparat TNI dan Polri, Bukti Bom Waktu Berantas Setengah Hati?

Judi Online Makan Korban Aparat TNI dan Polri, Bukti Bom Waktu Berantas Setengah Hati?

Tren
Mengenal 'Bamboo School' Thailand, Sekolah yang Dikelola Sendiri oleh Siswanya

Mengenal "Bamboo School" Thailand, Sekolah yang Dikelola Sendiri oleh Siswanya

Tren
Rangkuman “Minggu Kriminal” di Pati, Ada Pengeroyokan, Pembunuhan, Perampokan

Rangkuman “Minggu Kriminal” di Pati, Ada Pengeroyokan, Pembunuhan, Perampokan

Tren
Mengapa Bendera Putih Jadi Simbol Tanda Menyerah? Ini Alasannya

Mengapa Bendera Putih Jadi Simbol Tanda Menyerah? Ini Alasannya

Tren
Jakarta Fair 2024: Harga Tiket, Cara Beli, dan Daftar Musisi

Jakarta Fair 2024: Harga Tiket, Cara Beli, dan Daftar Musisi

Tren
Sosok di Balik Akun FB Icha Shakila yang Minta Ibu Lecehkan Anak Belum Terungkap, Siapa Dalangnya?

Sosok di Balik Akun FB Icha Shakila yang Minta Ibu Lecehkan Anak Belum Terungkap, Siapa Dalangnya?

Tren
UPDATE Ranking BWF Indonesia Usai Indonesia Open 2024

UPDATE Ranking BWF Indonesia Usai Indonesia Open 2024

Tren
Mantan Wakil Bendahara TKN Prabowo-Gibran, Simon Aloysius Jadi Komisaris Utama Pertamina

Mantan Wakil Bendahara TKN Prabowo-Gibran, Simon Aloysius Jadi Komisaris Utama Pertamina

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com