Pemerintah mencari alternatif yang lebih cepat, dan dapat dilakukan dalam volume yang lebih besar untuk mencegah terhambatnya perjalanan.
Tes yang cepat dan mudah juga dapat membantu Jepang menangani gelombang kedua infeksi dengan lebih baik.
Tes baru yang diusulkan oleh Shionogi menggunakan sampel air liur yang dipanaskan pada suhu 95 derajat Celcius selama dua menit, kemudian ditempatkan dalam reagen yang akan berubah warna tergantung hasilnya dalam jangka waktu 20 hingga 25 menit.
Tes ini jauh lebih cepat dan tidak memerlukan peralatan khusus karena tidak memerlukan materi genetik yang diperkuat seperti tes PCR.
Menteri Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan Katsunobu Kato mengatakan kepada anggota parlemen bahwa tes itu berpotensi digunakan.
"Jika itu dapat efektif di bidang medis, kami akan secara aktif menggunakannya," kata Kato.
Baca juga: Soal Jumlah Tes PCR, Pemkot Depok Targetkan Capai Standar WHO dalam Dua Pekan