KOMPAS.com – Jatuh bangun dalam membangun usaha harus dilakoni Mulyoko (34) sebelum bisa sukses seperti saat ini.
Bahkan karena kegagalan itu dia pernah sampai memiliki utang hingga Rp 500 juta. Namun berkat ketekunan dan kesabarannya, juga dorongan dari sang istri, dia bisa kembali bangkit.
Mulyoko adalah seorang peternak kambing yang memiliki peternakan "Sekar Mendho" di bawah kaki Gunung Gandul, tepatnya di Desa Pare, Kecamatan Selogiri, Wonogiri, Jawa tengah.
Saat ini dia memiliki peternakan kambing dengan kapasitas kandang yang mampu menampung hingga 2.500 ekor.
Bahkan pada Idul Adha lalu, dia mengaku bisa menjual kambing hingga 3.500 ekor, sampai hanya tersisa sekitar 50-an ekor saat itu.
“Sebenarnya kami fokus pada penggemukan. Tapi karena ada permintaan kami sekalian jual beli. Untuk saat ini karena sekarang belum fokus fatening (penggemukan) kambing masih di bawah 1.000, sekitar 600-700 ekor,” tuturnya saat dihubungi Kompas.com (7/9/2020).
Baca juga: Cerita Vita, Berhenti Jadi Dosen Berstatus PNS, Pilih Beternak Kambing, Jejaknya Diikuti 30 Milenial
Mulyoko menceritakan, menurutnya tidak mudah membangun bisnis di bidang peternakan kambing.
Ia mengaku telah mengalami jatuh bangun berkali-kali sebelum akhirnya bisnis kambingnya sebesar sekarang.
Sebelum menekuni bisnis jual beli dan penggemukan kambing, ia awalnya usaha jual beli tanaman hias gelombang cinta. Yaitu sekitar tahun 2007 hingga 2008.
Usaha tanaman hias itu ia jalani usai menikah.
Saat bisnis tanaman hias mulai turun ia kemudian mencoba memelihara sapi dengan sistem gaduh.
Gaduh adalah sistem pemeliharaan ternak di mana pemilik hewan ternak mempercayakan pemeliharaan ternaknya kepada penggaduh hewan ternak dengan imbalan bagi hasil.
Namun karena merasa margin keuntungan sapi turun, saat itulah ia kemudian mencoba beralih ke kambing.
Baca juga: Karapan Jadi Ajang Silaturahmi Peternak Kambing