Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Jangan Sampai Pesta Demokrasi Menjadi Pestanya Covid-19"

Kompas.com - 07/09/2020, 17:07 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Semarak pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2020 mulai menggema di penjuru negeri.

Pasangan calon yang akan bertanding dalam pesta demokrasi lima tahunan di berbagai daerah itu pun telah mendaftarkan diri ke kantor Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD).

Rencananya, proses pemungutan suara dalam Pilkada 2020 digelar pada 9 Desember 2020 mendatang.

Meski pemerintah telah mengeluarkan aturan terkait pelaksanaan Pilkada di masa pandemi Covid-19, ada pihak yang tak mematuhi protokol kesehatan.

Diberitakan Kompas.com, Sabtu (5/9/2020), dua pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Pohuwato, Gorontalo, menggelar konser deklarasi. Sejumlah peserta pun tak mempedulikan protokol kesehatan.

Menanggapi hal itu, epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan kegiatan Pilkada 2020 yang melibatkan banyak massa sangat berpotensi menjadi klaster baru virus corona.

"Hanya masalah waktu saja, apalagi di daerah yang intervensi testingnya rendah. Artinya tinggal menunggu lonjakan kasus. Ini yang harus diantisipasi," kata Dicky kepada Kompas.com, Senin (7/9/2020).

Baca juga: Viral Video Konser Deklarasi Paslon Pilkada di Gorontalo, Bagaimana Aturannya?

Dicky mendorong agar semua pihak yang terlibat dalam kegiatan Pilkada 2020 tanpa mengindahkan protokol kesehatan untuk segera melakukan tes Covid-19.

Ia pun berharap agar pemerintah dan instansi terkait segera melakukan evaluasi.

Jika tidak, pesta demokrasi ini akan berujung pada lonjakan kasus di berbagai daerah.

"Sebelum ini menjadi klaster yang besar, harus ada evaluasi dalam tahapan awal pilkada ini, dari pemerintah, KPUD, Bawaslu dengan melibatkan peserta pemilu," jelas Dicky.

"Jangan sampai pesta demokrasi ini juga menjadi pestanya Covid-19 akibat pengabaian protokol pencegahan," lanjutnya.

Menurutnya, adanya pengabaian protokol kesehatan dalam kegiatan Pilkada 2020 di sejumlah daerah disebabkan lemahnya penegakkan sanksi, sehingga tidak ada ketakutan bagi para pelanggar.

Padahal, di masa kritis pandemi virus corona kegiatan tersebut membahayakan kesehatan masyarakat secara umum.

Dia memaklumi Pilkada 2020 masih tetap diselenggarakan, meski berada dalam bayang-bayang pandemi virus corona.

Hanya saja, keputusan itu harus diikuti dengan penerapan aturan protokol kesehatan demi mencegah timbulnya bencana lain.

"Bila memang keputusan politiknya tak ada penundaan Pilkada, maka konsekuensi logisnya adalah jangan sampai keputusan untuk melaksanakan keputusan ini menyebabkan bencana lain dalam bentuk timbulnya klaster akibat Pilkada, misalnya klaster tempat kampanye," tutur dia.

"Ini yang harus ditegasan dengan keras sanksinya juga bukan sekedar narasi," tutupnya.

Baca juga: Ketua MPR: Persiapan Pilkada 2020 Mengkhawatirkan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Tren
Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Tren
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Tren
Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Tren
Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com