Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alami "Burnout" Selama Pandemi Corona? Ini Gejala, dan Cara Mengatasinya

Kompas.com - 07/09/2020, 13:05 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Fakultas Kedokeran Universitas Indonesia (FKUI) mengeluarkan hasil riset yang menyebutkan bahwa 83 responden yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan (nakes) mengalami burnout.

Melansir Help Guide, burnout adalah kondisi kelelahan emosional, fisik, dan mental karena stres berlebihan dan berkepanjangan.

Nakes tersebut mengalami kondisi burnout setelah bekerja untuk menangani pasien Covid-19 selama hampir 6 bulan pandemi di Indonesia. 

Ketua Tim Peneliti, Dewi Sumarko memaparkan, sebanyak 82 persen responden nakes mengalami burnout moderate atau sedang, sementara 1 persen mengalami burnout tingkat berat.

Baca juga: Riset FKUI: 83 Persen Tenaga Kesehatan Alami Burnout

Lantas, apa itu burnout dan bagaimana cara mengatasinya?

Mengenai hal itu, psikolog klinis dan forensik dari universitas Indonesia (UI), Nael Sumampouw menyampaikan, burnout merupakan kondisi kelelahan mental yang disebabkan oleh stres yang berkepanjangan.

Ia menjelaskan, burnout bisa berdampak pada performa dalam pekerjaan. Seperti misalnya tidak sanggup menyelesaikan target atau menghadapi tuntutan pekerjaan seperti biasanya.

Selain itu juga dapat kehilangan motivasi dalam bekerja, sehingga pekerjaan yang dilakukan terasa tidak lagi menarik.

Menurut Nael, kabar burnout pada tenaga medis merupakan isu serius dan perlu mendapatkan penanganan.

"Tenaga medis yang burnout berdampak pada layanan kesehatan yang diberikan. Misal berpotensi menjadi kasar atau sinis ke pasien atau rekan kerja, bersikap tegang saat bekerja, konflik dengan kolega, dan lainnya," ujar Nael.

Baca juga: Studi FKUI Ungkap Risiko Burnout Tenaga Kesehatan yang Tangani Covid-19

Gejala burnout

Sementara itu, ada sejumlah gejala burnout yang perlu diperhatikan.

Sebab, jika kita telah memahami gejala-gejala ini, maka kita akan mudah mengatasinya. Berikut gejala burnout.

  • Merasa lelah dan kehabisan energi sepanjang
  • Rentan sakit
  • Kepala sering sakit atau nyeri otot
  • Nafsu makan dan kebiasaan tidur berubah
  • Muncul rasa gagal dan keraguan diri
  • Merasa tak berdaya, terperangkap, dan dikalahkan
  • Merasa sendirian di dunia
  • Kehilangan motivasi
  • Pandangan yang semakin sinis dan negatif
  • Menurunnya kepuasan dan rasa pencapaian

Selain itu, jika seseorang tengah mengalami burnout dan berlanjut ke tingkat yang lebih parah. Maka ia akan melakukan perilaku seperti:

  • Melepaskan tanggung jawab
  • Enggan bersosialisasi dengan orang lain
  • Menunda-nunda pekerjaan
  • Melimpahkan rasa frustasi kepada orang lain
  • Bolos kerja, datang terlambat, atau pulang lebih cepat

Baca juga: Stres Pandemi Covid-19 Sebabkan Family Burnout, Begini Baiknya...

Cara mengatasi

Berdasarkan artikel Kompas.com, (15/1/2020), ada empat cara yang dapat dilakukan guna mengatasi burnout.

1. Interaksi dengan orang lain

Salah satu cara untuk mengatasi burnout yakni dengan berinteraksi dengan orang lain.

Sebab, dengan berinteraksi atau kontak sosial, maka akan mudah melepaskan stres.

Umumnya, seseorang hanya membutuhkan teman yang dapat mendengarkan, dan tidak selalu membutuhkan solusi.

2. Ubah cara pandang terhadap pekerjaan

Ketika berada di tengah-tengah kesibukan, coba temukan nilai baru dari pekerjaan kita.

Misalnya dampak pekerjaan kita bagi orang lain, atau bagian dari pekerjaan yang dinikmati, meskipun itu hanya sekadar mengobrol dengan teman kerja.

3. Evaluasi kembali prioritas hidup

Burnout dapat menjadi indikasi seseuatu yang kita anggap penting, ternyata tidak memberikan hasil yang sesuai harapan.

Bisa jadi, pada kondisi ini saatnya kita memikirkan kembali mimpi, target, atau harapan dalam kehidupan.

4. Berolahraga dan diet sehat

Selain itu, cara mengatasi burnout lainnya yakni dengan berolahraga ringan. Sebab, dengan berolahraga ringan setidaknya selama 10 menit, dapat memperbaiki mood Anda hingga 2 jam.

Saat berolahraga, fokuskan pikiran kepada sensasi yang dirasakan oleh tubuh. Hindari larut dalam pikiran kita sendiri.

Tak hanya berolahraga, dengan mengonsumsi makanan yang megandung omega-3 yang dapat membantu meningkatkan suasana hati.

Baca juga: Burnout, Bisa Jadi Tahap Awal Depresi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com