Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapasitas RS Menipis karena Corona, Kapan Sebaiknya Seseorang Datang untuk Periksa?

Kompas.com - 05/09/2020, 11:33 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

"Ini akan mencegah beban tambahan RS rujukan. Sehingga RS Rujukan dapat lebih fokus pada pasien berat dan kritis," katanya pada Kompas.com, Sabtu (5/9/2020).

Terkait isolasi mandiri, Windhu menjelaskan, bisa dilakukan di rumah apabila memungkinkan dan tidak menyebabkan penularan di keluarga atau tetangga.

"Orang tanpa gejala (OTG) atau kontak erat tanpa gejala bisa isolasi mandiri di rumah kalau memungkinkan. Tapi kebanyakan rumah Indonesia tidak memungkinkan, karena rumahnya tidak luas," kata Windhu.

Lanjutnya, seharusnya ada tempat-tempat yang disediakan pemerintah, seperti Wisma Atlet, hotel-hotel yang khusus disewa untuk isolasi, asrama haji, dan lain-lain.

Baca juga: Kasus Covid-19 Terus Melonjak, Dokter: Rumah Sakit Chaos Banget

Kosultasi daring

Dihubungi terpisah, Humas Perhimpinan Rumah Sakit Seluruh Indonesia Anjari Umarjianto menjelaskan masyarakat kini masyarakat bisa memanfaatkan konsultasi daring yang disediakan rumah sakit untuk pemeriksaan kesehatan.

Namun, bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan apalagi dalam situasi gawat darurat, bisa langsung ke fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk rumah sakit.

"Tapi dalam situasi pandemi ini, beberapa rumah sakit menyediakan fasilitas konsultasi daring, masyarakat bisa memanfaatkan itu," kata Anjari kepada Kompas.com, Sabtu (5/9/2020).

Dia mengatakan rumah sakit menerima siapa saja yang menderita sakit. Akan tetapi, yang menentukan tingkat sakit adalah tenaga medis.

Sehingga dia menyarankan, sebaiknya masyarakat melakukan pemeriksaan secara berjenjang, dari puskesmas hingga rumah sakit.

Seperti pasien dengan jaminan JKN/BPJS kesehatan yang berjenjang atau dengan sistem rujukan. Hal itu akan mengurangi pasien yang langsung datang ke rumah sakit.

"Penting nih saya ingatkan, dalam situasi pandemi Covid-19 ini, kita semua mesti mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19 termasuk saat berobat ke rumah sakit," ujarnya.

Perlu mekanisme alur pasien

Dihubungi terpisah, Epidemiolog dari Universitas Griffith Dicky Budiman mendorong Pemda agar segera membuat dan memperkuat mekanisme alur pasien Covid-19 atau terduga Covid-19 dan sistem rujukannya.

"Sehingga orang yang hanya memiliki gejala ringan atau akan memeriksakan apakah dia terifeksi Covid-19 atau tidak, tidak perlu ke RS. cukup ke layanan khusus semacam RS darurat yang disediakan pemda," ujarnya.

Lanjutnya, nantinya di rumah sakit darurat tersebut akan diputuskan, apakah yang bersangkutan harus dikarantina atau isolasi.

Selain itu, tempat isolasi dan karantinanya harus terpusat, menurutnya bisa juga di RS darurat tersebut.

"RS rujukan sifatnya hanya untuk menerima rujukan dari RS darurat tersebut atau pasien lainnya yang memang berstatus parah dan kritis atau memerlukan ICU dan ventilator serta penanganan lengkap lain," kata Dicky.

Dia juga mengingatkan pada semua daerah untuk mengoptimalkan aspek testing dan tracing agar mampu mengendalikan potensi penyebaran Covid-19 di daerahnya dan layanan RS tidak terbebani kasus Covid-19.

Baca juga: Ganjar Minta Seluruh Rumah Sakit di Jateng Identifikasi Gejala Happy Hipoxia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com