KOMPAS.com - Pandemi virus corona belum usai. Belum ada yang bisa memprediksi kapan penyebaran virus penyebab Covid-19 ini akan berakhir.
Di banyak negara, termasuk Indonesia, rata-rata kasus harian dalam beberapa hari terakhir masih meningkat.
Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menyebut Indonesia sedang berada pada fase kritis Covid-19.
Klaim itu pun bukan tanpa alasan. Ada empat indikator yang ia sodorkan untuk menguatkannya.
Baca juga: Indonesia Disebut Memasuki Fase Kritis Covid-19, Ini Alasannya
Sejak beberapa bulan lalu, masyarakat diingatkan untuk berdamai dengan virus corona.
Aktivitas mulai berjalan, dengan harapan masyarakat patuh pada protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
Namun, kenyataannya, kita semakin sering menemukan kedisiplinan mengendur. Misalnya, banyak yang berada di tempat publik dan keramaian tanpa memakai masker.
Pernyataan seorang pedagang di Pasar Mardika, Ambon, pekan lalu mengingatkan kita.
Ketidakdisiplinan masyarakat salah satunya karena tidak ada teladan dari pejabat publik untuk disiplin protokol kesehatan.
"Untuk apa pakai masker lagi, kan corona sudah selesai, itu kemarin di Kantor DPRD Maluku sudah joget-joget tak pakai masker," demikian kata Ali, salah satu pedagang di Pasar Mardika, Ambon, seperti diberitakan Kompas.com, 21 Agustus 2020.
Ia mengkritisi tindakan pejabat daerah yang tak memberikan teladan dan contoh kepada masyarakat.
Ali menyoroti pejabat Pemprov Maluku dan DPRD yang berjoget tanpa mengenakan masker. Menurut dia, tindakan pejabat publik ini memberikan kesan bahwa Covid-19 di Ambon sudah teratasi.
Oleh karena itu, para pedagang pun bisa berjualan seperti sedia kala tanpa harus memakai masker dan menjaga jarak.
Baca juga: 10 Negara di Asia dengan Kasus Tertinggi Virus Corona, Indonesia Nomor 9
"Meski tidak semua masyarakat begitu, tapi secara umum masyarakat kita masih paternalistik. Masyarakat paternalistik itu ya melihat apa yang dilakukan tokohnya," kata Windhu kepada Kompas.com, Kamis (27/8/2020).