Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Heboh Gembok Kelenteng Kwan Sing Bio

Kompas.com - 25/08/2020, 12:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEMENTARA sedang bersyukur segel makam masyarakat adat Sunda Wiwitan telah dibuka atas perintah Menkopolhukam Prof. Mahfud MD, mendadak terberitakan bahwa Dirjen Bimbingan Masyarakat Budha Kementerian Agama (Kemenag) RI, Caliadi gagal membuka gembok pintu masuk Kelenteng Tempat Ibadah Tri Dharma Kwan Sing Bio Kabupaten Tuban pada Kamis (13/8/2020) pukul 13.45 WIB.

Baca juga: Kronologi Penutupan Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban, Berawal dari Konflik Kepengurusan

Gagal

Kedatangan Dirjen Bimas Budha didampingi pengurus kelompok Tio Eng Bo cs alias Mardjojo, namun diadang oleh kelompok Bambang Joko Santoso pengurus demisioner Kelenteng Kwan Sing Bo.

Dirjen Bimas Budha mengimbau kedua kelompok yang berseteru untuk membuka gembok pintu gerbang. “Kalau satunya tidak mau, silahkan kubu satunya yang dengan sadar membuka. Kalau urusan hukum silakan ke pengadilan,” kata Caliadi.

Kedatangannya ke Tuban hanya ingin menegaskan, bahwa setiap tempat ibadah kewenangan berada di bawah Kemenag.

Dirjen Caliadi mengakui jika dirinya bukanlah eksekutor, tapi semua prakarsa mendamaikan untuk kepentingan umat. Dia juga memastikan terbitnya izin sudah sesuai prosedur, meski pun masih ada sengketa.

Kerukunan

Kelenteng Kwan Sing Bio merupakan kawasan kelenteng terbesar di Asia Tenggara maka berita heboh gembok Klentang Kwan Sing Bio viral sampai ke mancanegara.

Peristiwa penolakan niat baik Dirjen Bimas Budha agar umat dapat kembali menunaikan ibadah menodai citra Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi kerukunan antar umat beragama.

Masyarakat mancanegara sudah menganggap Indonesia suri teladan kerukunan antar umat beragama selaras Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

Puluhan umat Tri Dharma sedang memanjatkan doa di trotoar depan TITD Klenteng Kean Sing Bio Tuban di Hari Ulang Tahun Ke-1890 Kongco Kwan Sing Tee Koen. Kamis (14/8/2020) KOMPAS.com/Istimewa Puluhan umat Tri Dharma sedang memanjatkan doa di trotoar depan TITD Klenteng Kean Sing Bio Tuban di Hari Ulang Tahun Ke-1890 Kongco Kwan Sing Tee Koen. Kamis (14/8/2020)

Lazimnya perbedaan pendapat terjadi antara para umat yang saling beda agama satu dengan lainnya. Maka kemelut gembok Kelenteng Kwan Sing Bio makin memprihatinkan sebab melibatkan sesama umat beragama yang justru sama.

Baca juga: Pintu Kelenteng Kwan Sing Bio Ditutup, Puluhan Umat Sembahyang di Trotoar

Kasus Kelenteng Kwan Sing Bio bukan hanya merusak citra Indonesia sebagai negeri suri teladan kerukunan umat beragama namun juga merusak citra umat beragama yang ternyata tega saling bermusuhan antara dengan sesama umat agama sendiri.

Permohonan

Saya sama sekali tidak memiliki wewenang mau pun kemampuan untuk melibatkan diri ke dalam kemelut perselisihan paham antar umat agama apa pun. Namun sebagai seorang warga Indonesia yang bangga atas citra kerukunan antar umat beragama di Indonesia, terus terang saya merasa prihatin atas kemelut heboh gembok Klenteng Kwan Sing Bio.

Maka dengan penuh kerendahan hati saya memberanikan diri memohon kepada sesama warga Indonesia yang sedang berselisih paham untuk berkenan melupakan ego kepentingan diri masing-masing.

Saya mohon kepada segenap pihak yang sedang bersengketa berkenan menjalin musyawarah-mufakat bersama mencari jalan ke luar dari kemelut persengketaan yang jelas lebih banyak mudarat ketimbang manfaat bagi bangsa, negara dan rakyat Indonesia.

Agama saya Nasrani namun saya berupaya menghayati ajaran Sang Budha yang sama dengan ajaran Yesus Kristus, senantiasa mengutamakan kasih-sayang jauh di atas kebencian yang merusak kedamaian di alam semesta ini.

Izinkan saya memetik makna adilihur yang terkandung di dalam Dhammapada 1:5: Kebencian tidak akan pernah berakhir apabila dibalas dengan kebencian. Tetapi kebencian akan berakhir bila dibalas dengan tidak nembenci. Itu hukum abadi.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com