Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agnes Setyowati
Akademisi

Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat. Meraih gelar doktor Ilmu Susastra dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Aktif sebagai tim redaksi Jurnal Wahana FISIB Universitas Pakuan, Ketua Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat  Bogor, dan anggota Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara). Meminati penelitian di bidang representasi identitas dan kajian budaya.

Kekuasaan dan Harapan Terwujudnya Keadilan Sosial

Kompas.com - 21/08/2020, 07:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KEKUASAAN itu amat memesona. Orang bahkan rela menderita atau bahkan menyakiti sesama manusia demi kekuasaan.

Bagaimana tidak, dengan memegang kekuasaan seseorang bukan saja memiliki privilege terhadap yang dikuasainya, tetapi juga memungkinkan si empunya menciptakan sejarah yang berpengaruh dalam kehidupan banyak orang.

Sejarah perjalanan bangsa, peralihan rezim kekuasaan, khususnya di era pasca-kemerdekaan, identik dengan kekerasan yang diikuti instabilitas sosial, ekonomi, dan politik.

Peralihan kekuasaan Orde Lama ke Orde Baru diwarnai dengan penumpasan G30SPKI yang memakan jutaan korban rakyat Indonesia. Begitu juga peralihan rezim Orde Baru ke era reformasi juga diwarnai dengan kekerasan yang juga memakan korban jiwa.

Di era reformasi yang seharusnya hadir untuk merayakan kebebasan dari belenggu kepemimpinan otoriter yang bertahan selama 32 tahun, penegasan identitas budaya dan isu mayoritas-minoritas yang berpotensi mengancam persatuan dan kesatuan bangsa justru kerap dipolitisasi oleh kelompok tertentu untuk meraih kekuasaan.

Lalu apa itu kekuasaan dan mengapa manusia begitu terobsesi pada kekuasaan?

Apa itu kekuasaan?

Filsuf asal Jerman Friedrich Nietzsche mengatakan bahwa pada dasarnya manusia tidak dapat dipisahkan dari kekuasaan karena keinginan untuk berkuasa ada pada tiap individu.

Hasrat akan kekuasaan (the will to power) merupakan naluri tirani manusia yang memungkinan manusia melakukan apa saja untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan sekalipun harus dengan menyingkirkan orang atau kelompok lainnya yang dianggap mengancam keberadaannya.

Selain penumpasan terhadap simpatisan PKI di era Orde Baru, kita tentu masih ingat dengan operasi penembak misterius (petrus) yang tidak lain adalah strategi pemerintah zaman itu untuk mempertahankan kekuasaan dengan membuat masyarakat bergantung dan patuh pada negara dan militer.

Senada dengan Nietzsche, filsuf anti-finalis asal Perancis, Michel Focault menjelaskan bahwa bentuk kekuasaan mengalami transformasi secara evolutif sejalan dengan perkembangan jaman.

Jika dulu kekuasaan selalu identik dengan kekerasan, represi (Freud, Rich), pertarungan kekuatan (Machiavelli), atau dominasi kelas yang dikaitan dengan penguasaan atas ekonomi dan manipulasi ideologi (Marx), kekuasaan di era modern lebih bersifat produktif dan tersebar.

Bagi Foucault, kekuasaan ada dalam tiap relasi sosial, tersebar, dan beroperasi dalam bentuk manajemen: manajemen energi, kemampuan, dan kehidupan masyarakat yang tidak dapat dilepaskan dari ilmu pengetahuan (power/ knowledge).

IlustrasiKOMPAS Ilustrasi

Ilmu pengetahuan yang memanfaatkan bahasa sebagai alat untuk mengartikulasikan kekuasaan menjadi alat dominasi andalan yang meminimalisasi kekerasan fisik dan menyulapnya menjadi dominasi simbolik.

Contohnya, relasi sosial antara dokter dan pasien. Dokter yang notabene memiliki pengetahuan tentang medis memiliki kekuasaan atas pasiennya. Kemudian tes wawancara mengekslusi individu yang tidak masuk ke dalam kriteria ‘ideal’ calon pegawai. Demikian juga kriteria kecantikan tertentu yang melahirkan wacana bentuk tubuh “ideal” dan hidup sehat.

Artinya, bentuk-bentuk kekuasaan hegemonik yang ditopang oleh pengetahuanlah yang diandalkan oleh individu maupun kelompok di era modern untuk memantapkan kekuasaan dengan bentuk pendisiplinan (disciplinary power) yang membuat orang secara sukarela “menormalisasi” diri untuk menjadi “ideal”.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com