Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membandingkan Tes Covid-19 di Indonesia dan Dampaknya bagi Penyebaran Virus

Kompas.com - 13/07/2020, 15:05 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

"Terutama adalah masih banyaknya orang yang terinfeksi tidak terdeteksi, sehingga mereka mudah untuk terus menularkan dan yang tertular akan juga terus menularkan, ini mengikuti pola eksponensial," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Senin (12/7/2020).

Apabila hal itu terus dibiarkan, kelompok masyarakat dengan yang berisiko tinggi (komorbid) juga akan terinfeksi.

Pada akhirnya jumlah kasus positif yang harus dirawat di rumah sakit pun semakin tinggi karena kelompok tersebut perlu mendapat dukungan perawatan, seperti ventilator.

Selain itu, Indonesia juga akan menghadapi angka kematian yang terus bertambah akibat telatnya diagnosis dan berujung pada sakit parah.

"Hal lain yang akhirnya juga akan terjadi adalah semakin meningkatnya angka kematian akibat telat terdiagnosis dan kemudian jatuh sakit parah atau kondisi nanti di mana kapasitas layanan tidak akan mampu menampung banyakanya orang sakit," jelas dia.

Agar semua kemungkinan itu tak terjadi, Dicky menyebut pemerintah tak memiliki pilihan apa pun, selain melakukan intervensi lebih pada tes PCR.

Ia menyarankan agar tes ditingkatkan dua kali lipat per hari atau sekitar 40.000 tes per hari dan tracing mendekatai 90 persen dari total kontak serta 100 persen isolasi.

"Khusus untuk kapasitas tes, lebih meratakan distribusi lab yang mampu tes dan utilitasnya," tutupnya.

Baca juga: WHO Perbarui Kriteria Pasien Sembuh Covid-19, Tidak Perlu Dua Kali Swab Negatif

Diingatkan WHO

Mengenai kapasitas tes di Indonesia, WHO telah memberikan peringatan dalam dua kali laporan situasi pada bulan Juni dan Juli. 

WHO mengingatkan Indonesia soal kecepatan tes yang dinilai masih memakan waktu lama, yaitu sekitar seminggu setelah dilakukannya tes. Padahal WHO memberikan batasan paling lama 48 jam. 

Selain itu, kapasitas tes yang masih 0,4: 1.000 populasi per minggu, dinilai belum sesuai standar WHO yaitu 1: 1.000 populasi per minggu. 

Dalam panduan terbaru, WHO juga menyebutkan bahwa kriteria pasien sembuh tidak lagi ditentukan dengan dua kali swab negatif, namun dari kondisi gejala pasien. 

Disebutkan bahwa pasien yang gejalanya telah sembuh mungkin masih menunjukkan hasil positif saat dites swab selama beberapa minggu. Meskipun demikian, WHO menyebut pasien rendah kemungkinannya menularkan virus corona ke orang lain.

Sehingga kapasitas testing bisa dialihkan untuk menguji kategori orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP), terutama bagi negara dengan kapasitas testing rendah seperti Indonesia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com