Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

Tiga Presiden Indonesia di Bulan Juli

Kompas.com - 08/07/2020, 11:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Bagi saya yang bertahun tahun, tiap hari, berada di istana masa Soeharto, penampilan Habibie saat itu menjadi simbol kecil desakralisasi istana.

Pada 9 sampai 11 Juli 1998, setelah dua bulan Habibie jadi presiden, Golongan Karya mengadakan musyawarah nasional luarbiasa (Munaslub). Akbar Tanjung (waktu itu menjabat menteri sekretaris negara) terpilih sebagai ketua umum Partai Golkar mengalahkan mantan Menteri Pertahanan Jenderal TNI (purnawirawan) Edi Sudradjat.

Setelah kemenangannya itu, Akbar seusai acara puncak Hari Koperasi Nasional di halaman istana kepresidenan Jakarta, Minggu 12 Juli 1998, antara lain mengatakan kepada wartawan, Presiden Habibie melihat pemilihan ketua umum Golkar dari jauh dengan hati berdebar-debar.

Akbar saat itu mempersamakan dirinya dengan kesebelasan sepakbola Brasil yang didukung semua orang.

Dalam pertemuan dengan para tokoh pers di Wisma Negara bulan Agustus 1998, saya mengusulkan agar Presiden BJ Habibie punya panggilan akrab yang khas dekat dengan rakyat Indonesia, yakni “Bung Rudy”.

Menanggapi usulan saya, Habibie mengatakan, “boleh saja, mau panggil apa saja boleh.”

Tapi seorang pemimpin redaksi sebuah suratkabar di Surabaya dalam pertemuan itu menyatakan tidak setuju kalau seorang presiden dipanggil “bung”.

“Di Amerika Serikat pun seorang presiden dipanggil mister presiden,” kata pemimpin redaksi itu.

Setelah sebelas bulan Habibie memerintah, pada 7 Juni 1999, diselenggarakan pemilihan legislatif yang diikuti 48 partai.

PDI Perjuangan di bawah Ketua Umumnya Megawati Soekarnoputri memperoleh suara 33, 74 persen (35. 689.073 suara) dan Partai Golkar 22, 44 persen (23.741.749) dan PKB 12, 61 persen (13.336.982), PPP 10,71 persen (11.329.905) dan PAN 7,12 persen (7.528.956).

Pada 29 Juli 1999, Megawati di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, menyampaikan pidato politik yang disiarkan secara langsung oleh semua televisi di Indonesia. Hampir dua jam lebih pidato “Menyambut Kemenangan Rakyat pada Pemilu 1999” itu.

Sehari kemudian, ketika berada di istana, seusai bertemu dengan Presiden BJ Habibie, pejabat Ketua Umum ICMI Achmad Tirto Sudiro dengan sinis mengatakan, “seperti sudah jadi presiden saja”.

Sementara seorang menteri mengatakan, “Mega belum tentu jadi presiden”.

Di luar istana, mantan Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) dan mantan Panglima Komando Wilayah Pertahanan (Pangkowilhan) Indonesia bagian timur, Letnan Jenderal TNI (purnawirawan) Kemal Idris menyerukan dukungan Megawati pantas jadi presiden.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com