Pembicaaraan santai tidak resmi malam itu ( Senin, 29 Juni 2020) membawa angan saya ke masa pemerintahan tiga presiden setelah Soeharto lengser. Banyak peristiwa yang terjadi saat itu yang saya catat, terutama yang terjadi di bulan Juli.
Malam itu juga saya kontak lewat telepon kepada sejumlah aktivis yang banyak bergerak di jalan pada masa menjelang berakhirnya pemerintahan Soeharto sampai masa tiga pemerintahan selanjutnya.
Mereka adalah, Fendry Panombon (mantan Sekretaris Jenderal Komite Perjuangan untuk Perubahan Yogyakarta), Ahmad Rofiq, Melky Lakalena (sekarang wakil ketua komisi 9 DPR RI dari fraksi Partai Golkar)
Juga seorang yang pernah jadi menteri di masa pemerintahan Gus Dur, yakni Soni Keraf (Menteri Negara Lingkungan Hidup).
Ketika saya kontak untuk bicara soal tiga presiden, Soni memilih mengemukakan pengalamannya yang tak terlupakan ketika dipilih jadimenteri lingkungan hidup.
“Kekuatan utama Gus Dur adalah filsafat dan berpikir rasional. Dia mengangkat saya menjadi menteri bidang lingkungan hidup karena keyakinannya, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus bersumber pada etika (bukan etiket) yang mengejawantah dalam perilaku menjaga dan melindungi lingkungan hidup sebagai ciptaan Tuhan,” ujar Soni.
Ahmad Rofiq, aktivis 98 yang punya pengalaman dalam Partai Nasdem dan Perindo, lebih memilih bicara soal Megawati Soekarnoputri. Menurutnya, Megawati adalah presiden perempuan pertama dalam sejarah di Indonesia.
“Ibu Mega adalah presiden perempuan pertama yang memimpin negara bermayoritas Muslim dan bahkan terbesar di dunia. Ia memimpin negara multi etnis, multi agama dan seterusnya,” ujar Rofiq
Ia mengatakan, dalam kepemipinannya Mega mampu menjadikan Indonesia dalam situasi kondusif, ekonomi tumbuh berkembang, di tengah krisis waktu itu.
“Konflik horizontal yang ditakutkan banyak pihak waktu itu bisa dikendalikan.,” ujarnya.
Saya tidak begitu akrab dengan BJ Habibie. Tapi beberapa kali saya diajak bicara langsung ketika beliau memerintah selama satu setengah tahun lebih.
Di awal Juli 1998, setelah beberapa bulan jadi presiden, Habibie mengatakan kepada saya di koridor antara Istana Negara dan Istana Merdeka, “Dik, besok saya akan menyanyikan lagu Widuri di istana”.
Keesokan harinya, dalam acara resmi di Istana Negara, Habibie membawakan lagu “Widuri”.