Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Rapid Test Dijadikan Syarat UTBK di Surabaya, Seberapa Efektif?

Kompas.com - 03/07/2020, 19:15 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rapid test atau tes cepat belakangan menjadi salah satu syarat bagi orang-orang yang akan bepergian ke luar daerahnya. 

Pemerintah mensyaratkan calon penumpang pesawat dan kereta jarak jauh salah satunya untuk melakukan rapid test terlebih dahulu. Bila hasilnya non-reaktif atau negatif, mereka dapat bepergian.

Hal yang terbaru adalah rapid test digunakan sebagai syarat peserta Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di Surabaya. Opsi lain jika tidak melakukan rapid test adalah melakukan tes swab.

Kebijakan itu diatur dalam surat edaran Nomor 421.4/5853/436.8.4/2020 yang ditandatangani Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan mulai diedarkan Kamis (2/7/2020).

Peserta UTBK-SBMPTN wajib menunjukkan uji rapid test dengan hasil nonreaktif atau tes swab dengan hasil negatif yang dikeluarkan selambat-lambatnya 14 hari sebelum mengikuti ujian kepada panitia.

Lalu, apakah rapid test ini efektif sebagai syarat bepergian dan termasuk mengikuti ujia UTBK? 

Mengapa rapid test dapat digunakan sebagai syarat untuk bisa melakukan sesuatu seperti bepergian dan mengikuti tes?

Baca juga: UTBK-SBMPTN 2020 di Surabaya, Calon Mahasiswa Wajib Bawa Hasil Rapid Tes Nonreaktif

Tidak efektif

Epidemiolog Indonesia kandidat doktor dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, menjelaskan mengenai rapid test dan juga tes lainnya.

Dicky membedakan rapid test menjadi 2 jenis, yaitu rapid test antigen dan antibodi. Sementara itu rapid test yang selama ini digunakan Indonesia adalah kebanyakan rapid test antibodi.

"Bila yang dimaksud adalah rapid test antibodi maka tidak efektif. Di Indonesia yang antibodi," ujarnya pada Kompas.com, Jumat (3/7/2020).

Dicky mengatakan, rapid test antibodi lebih tepat digunakan untuk tujuan surveilans, yaitu mencari yang pernah terinfeksi.

Rapid test antibodi termasuk tes serologi. Dicky menjelaskan, tes serologi dengan mengambil darah sebagai sampelnya untuk melihat antibodi.

Proses ini menurut Dicky tidak efektif untuk melihat seseorang apakah telah terinfeksi Covid-19 atau tidak. Penelitian baru-baru ini membuktikan hal tersebut.

Rapid test antibodi tidak efektif untuk menemukan kasus terkonfirmasi atau positif Covid-19. Karena tes ini hanya mendeteksi keberadaan antibodi dan bukan virusnya. 

"Hasil positif dari suatu test antibodi menunjukkan seseorang pernah terinfeksi Covid-19. Artinya lagi masih perlu test PCR untuk memastikan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com