Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Corona Membuat Indonesia Mundur 11 Tahun

Kompas.com - 08/06/2020, 11:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MUNDUR 11 tahun, benarkah?

Saya mencoba mencari tahu soal ini. Data ini memang tidak untuk semua sektor kehidupan penduduk. Ada dua parameter yang krusial: penduduk miskin dan pengangguran terbuka.

Pada 2019 sempat terjadi kehebohan soal pengumuman angka kemiskinan. Pertama, saat pencoblosan pada April 2019. Kedua, pada September 2019 saat angka kemiskinan tercatat terendah dalam sejarah Indonesia.

Boleh jadi, angka kemiskinan terendah sepanjang sejarah itu adalah benar. Sebab, sebelum reformasi 1998, tidak ada data pembanding dan tertutupnya ruang kritis atas setiap angka yang dikeluarkan pemerintah.

Berbeda halnya dengan 2019, setelah 21 tahun reformasi. Ada banyak suara-suara kritis menanggapi angka kemiskinan bersejarah itu. Ada yang berkomentar dengan menyampaikan data pembanding, ada juga yang asal bunyi tanpa data.

Begitulah demokrasi. Namun, setiap argumen selayaknya disampaikan berdasarkan data yang layak menjadi acuan.

Aiman kembali turun ke lapangan

Saya tidak sedang membahas soal perdebatan yang ramai tahun lalu. Saya ingin membahas apa yang akan terjadi ke depan.

Program AIMAN yang tayang Senin (8/6/2020), pukul 20.00, di Kompas TV merupakan program AIMAN pertama sejak wabah Covid-19 mendera.

Untuk pertama kalinya kami kembali turun ke lapangan untuk melihat kondisi masyarakat secara langsung, mengambil data, mengolah, menganalisis dan membandingkan, lalu menayangkannya kepada pemirsa dengan rasa tanggungjawab.

Saya mewawancarai sosok-sosok pilu di trotoar jalan hingga masuk ke rumah makan untuk melihat persiapan pembukaan.

Terakhir, bisa jadi yang terpenting, mewawancarai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto.

Cerita dari Cikini

Sebelum mewawancarai Menteri Airlangga, saya berkeliling di trotoar jalan di daerah Cikini, Jakarta Pusat. Saya mencoba melihat situasi kehidupan di sana.

Segelintir pedagang kaki lima berjualan di tepi jalan. Restoran menengah atas buka dengan hanya melayani take away alias dibawa pulang. Ada juga deretan ojek online (ojol) yang berkerumun. Para pengemudinya tak mengenakan masker.

Driver ojol menjaga jarak saat mengantre pemberian makanan gratis, di depan Polsek Metro Senen, Jakarta Pusat, Rabu (1/4/2020).TribunJakarta/Muhammad Rizki Hidayat Driver ojol menjaga jarak saat mengantre pemberian makanan gratis, di depan Polsek Metro Senen, Jakarta Pusat, Rabu (1/4/2020).

Saya bertanya kepada kerumunan pengemudi ojek online, kenapa mereka tak menerapkan protokol kesehatan Covid-19: memakai masker di tempat umum?

"Engap, Pak. Kami biasanya pakai masker, kok. Ini pas enggak pakai saja,” jawab salah satu pengemudi ojol. Mereka kemudian saling menggeser posisi duduk, merenggangkan jarak satu sama lain.

Aha, setidaknya mereka tahu ada protokol kesehatan yang tidak mereka patuhi.

9 jam keliling dapat Rp 11.000

Tanpa saya tanya, salah seorang dari pengemudi ojol menyambar. “Kita susah sekarang, Pak. Ini baru dapat Rp 11.000, padahal sudah 9 jam keliling. Keluar rumah dari pagi. Mana HP (handphone) hilang. Ini pinjam HP anak. Ini teman saja udah 3 hari enggak dapat apa-apa.”

Dari kerumunan ojol, saya melanjutkan langkah kaki saya masuk ke salah satu rumah makan khas daerah yang terkenal dan memiliki pusat di Sabang, Jakarta Pusat.

Saya ingin melihat bagaimana rumah makan itu mempersiapkan diri di masa PSBB transisi yang dilaksanakan di Ibu Kota.

Di rumah makan itu saya melihat sejumlah kursi ditandai silang dengan selotip berwarna merah sebagai tanda bahwa kursi itu tidak boleh diduduki. Di lantai juga ada sejumlah tanda dengan selotip merah. Rumah makan itu telah memberi tanda kepada para pengunjung untuk menjaga jarak.

50 persen karyawan dirumahkan

Saya menemui pimpinan rumah makan itu. Ia bercerita, separuh karyawan rumah makan itu telah dirumahkan sejak 2 bulan lalu. Bukan di-PHK. Mereka dirumahkan tanpa mendapat gaji karena rumah makan terpaksa tutup akibat pandemi Covid-19.

“Ada 30 karyawan di sini, 15 orang dirumahkan. Tapi kami senang, Senin ini mulai boleh dibuka. Harapannya kembali bisa lebih laku lebih banyak. Kami yakin bisa memanggil 15 karyawan kami untuk kembali berkumpul bersama-sama kami di sini," tutur Kepala Rumah Makan.

Selama masa pandemi ini saya hanya mendengar cerita tentang sejumlah tempat usaha yang terpaksa merumahkan karyawannya. Saya juga hanya mendengar cerita tentang sepinya order ojek online.

Kini, di lapangan, saya mendengar langsung keluh kesah mereka dan melihat faktanya dengan nyata.

Mundur 11 tahun

Setelah melihat kondisi lapangan, saya bergegas ke kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Saya ingin berbincang dengan Menteri Airlangga. Terutama, saya ingin tahu bagaimana pemerintah memprediksi masa depan ekonomi Indonesia pasca-wabah Corona.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto melakukan rapat koordinasi Komite Pembiayaan UMKM lewat video conference, Rabu (8/4/2020)Dok. Humas Kemenko Perekonomian Menko Perekonomian Airlangga Hartarto melakukan rapat koordinasi Komite Pembiayaan UMKM lewat video conference, Rabu (8/4/2020)

Data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyebutkan, kemiskinan maupun pengangguran bisa bertambah masing-masing lebih dari 5 juta orang.

Angka kemiskinan yang semula 24,79 juta, berdasarkan data BPS September 2019, akan bertambah menjadi 30 juta. Itu adalah angka yang sama pada 2010-2012.

Demikian pula dengan angka pengangguran terbuka yang berdasarkan data BPS Februari 2020 adalah 4,99 juta akan bertambah 5 juta menjadi sekitar 10 juta. Angka ini mirip dengan angka pengangguran terbuka pada 2008-2009 alias 11 tahun lalu.

Saya bertanya kepada Menteri Airlangga tentang bagaimana kondisi sesungguhnya saat ini.

Ia mengakui, kondisi saat ini memang lebih berat ketimbang badai ekonomi yang menghantam Indonesia dan juga dunia pada 1998.

Kala itu UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengah) tidak terhantam sehingga bisa menjadi motor pembangkit ekonomi bangsa. Tapi kini, UMKM ikut tak berdaya karena aktivitas ekonomi yang menurun drastis.

Tapi ada satu yang menjadi harapan, yang menjadi pembeda dengan 1998, kata Airlangga.

"Sektor lembaga keuangan dan perbankan kita kuat! Ini yang bisa menjadi potensi bangkitnya ekonomi Indonesia ke depan."

"Formulasi yang tepat bisa membuat daya tahan bangsa kembali kuat. Saya positif melihat ini!" kata Airlangga optimistis.

Pandemi memang harus berakhir. Perlu siasat untuk bangkit yang harus dipersiapkan dari sekarang. Tak boleh ada kelambanan karena masyarakat perlu melanjutkan hidup. Penguasa memberi jalan, semesta bekerja sama memberi harapan pada peradaban!

Saya Aiman Witjaksono.
Salam!

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com