Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PM Selandia Baru Klaim Menang Lawan Covid-19, Bagaimana Penanganan Virus Corona di Sana?

Kompas.com - 30/04/2020, 07:20 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Menurut dia, tanda bahwa pengujian di Selandia Baru bekerja adalah tingkat kepositifan tesnya.

Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO Mike Ryan baru-baru ini mengatakan, tolok ukur yang baik adalah memiliki setidaknya 10 kasus negatif untuk setiap satu kasus positif.

Tingkat kepositifan tes Selandia Baru adalah sekitar 1 persen dan menunjukkan bahwa tidak ada transmisi lokal secara luas yang tak terdeteksi.

Ardern mencatat, di negara-negara lain di seluruh dunia, setiap orang yang positif virus corona menginfeksi sekitar 2,5 orang.

Di Selandia Baru, infeksi itu turun menjadi 0,4 atau kurang dari setengah orang yang terinfeksi.

Baca juga: PM Selandia Baru Klaim Menang Pertempuran Melawan Covid-19

Kolaborasi yang baik

Seorang ahli dari Departemen Kesehatan Masyarakat Universitas Otago Profesor Michael Baker mengatakan, pelajaran nyata dari Selandia Baru adalah kolaborasi antara sains dan kepemimpinan yang baik.

Sepanjang periode penguncian, Ardern selalu muncul bersama Menteri Kesehatan Ashley Bloomfield di konferensi pers yang digelar secara rutin.

Ardern juga sering menyampaikan pertanyaan dari media kepadanya.

Meskipun Bloomfield adalah pelayan publik, ia memiliki spesialisasi dalam kesehatan masyarakat.

Menurut sebuah pernyataan di situs web Departemen Kesehatan, bidang minat khusus profesionalnya adalah pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular.

"Di Selandia Baru, telah menjadi penghubung baik antara sains yang bagus dan kepemimpinan yang cemerlang. Keduanya berjalan bersama-sama yang menurut saya sangat efektif," kata Baker.

"Saya benar-benar kecewa bahwa negara yang memiliki jauh lebih banyak sumber daya sains top dunia, seperti AS dan Inggris, tak bernasib lebih baik daripada negara seperti Selandia Baru yang memiliki sumber daya terbatas," lanjut dia.

Baca juga: Tantowi Yahya: Belum Ada WNI Terjangkit Covid-19 di Selandia Baru

Rencana selanjutnya

Meski Selandia Baru saat ini dianggap sukses melewati krisis virus corona, negara itu masih tetap menerapkan penguncian efektif dengan sebagian besar orang masih diminta tinggal di rumah.

"(Level tiga) tidak bisa kembali ke kehidupan pra-Covid-19. Itu akan datang, tetapi belum untuk saat ini," kata Ardern.

Ardern menjelaskan, pertempuran melawan Covid-19 akan berlanjut sampai ada vaksin.

Warga negara asing masih dilarang memasuki negara itu dan isolasi wajib 14 hari di fasilitas karantina pemerintah diterapkan bagi siapa saja yang memasuki negara tersebut.

Di bawah skenario kasus terbaik, Departemen Keuangan Selandia Baru memperkirakan bahwa negara itu dapat melihat tingkat pengangguran 13 persen.

"Kami akan melakukan semua yang kami bisa untuk memastikan kami memerangi dampak ekonomi dari virus dengan cara yang sama kami lakukan terhadap ancaman kesehatan. Dengan persatuan, dengan dukungan cepat, dan dengan saling menjaga," kata Ardern.

Baca juga: Virus Corona, PM Selandia Baru Umumkan Potong Gaji 20 Persen Selama 6 Bulan

KOMPAS.com/AKbar Bhayu Tamtomo Infografik: Wabah Virus Corona, Siapa yang Perlu Periksa ke Rumah Sakit?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER TREN] Kronologi dan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis | Peluang Indonesia vs Guinea

[POPULER TREN] Kronologi dan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis | Peluang Indonesia vs Guinea

Tren
5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com