Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Bagaimana China Gunakan Kontrol Sosial untuk Atasi Pandemi Corona

Kompas.com - 23/04/2020, 08:02 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

"Selain itu, pandemi ini adalah krisis nasional yang memungkinkan negera untuk membenarkan kontrol kejamnya. Tapi ini mengorbankan otonomi dan vitalitas publik," lanjut dia.

Baca juga: Jadi Pandemi Global, Kenali 3 Gejala Awal Covid-19

Pengawasan kedap air

Seperti 11 juta orang lainnya di seluruh Wuhan, keluarga Jiang telah berada di bawah "kendali manajemen jaringan" sejak 23 Januari.

Jiang mengatakan, blok-blok apartemen di kompleksnya ditutup dan semua penduduk harus masuk atau pergi melalui satu gerbang yang dijaga sepanjang waktu.

Meskipun Wuhan mengakhiri pengunciannya awal bulan ini dan membuka kembali perbatasannya, pada tahap ini langkah-langkah pengendalian masyarakat tetap diberlakukan.

Langkah-langkahnya sangat luas. Setiap hari, penduduk seperti Jiang harus melaporkan suhu mereka kepada pejabat yang bertanggung jawab atas komunitas mereka dan memberikan informasi terbaru tentang keberadaan mereka.

"Pengontrol jaringan" berada di bawah perintah ketat untuk memantau semua penduduk dan melaporkan sesuatu yang tidak biasa.

Tetapi mereka juga seharusnya menyediakan persediaan untuk penduduk, yang berarti mereka yang tidak mematuhi aturan bisa kehilangan pesanan bahan makanan.

Anak perempuan Jiang, Dorothy Wang, menghabiskan lebih banyak waktu bersama orang tuanya daripada yang dia perkirakan setelah dirinya berpergian ke Wuhan untuk liburan Tahun Baru Imlek di bulan Januari. Wanita berusia 45 tahun ini baru saja kembali ke Beijing.

Ia meyampaikan, bulan pertama saat mengalami penguncian wilayah sangat kacau.

"Tidak ada yang tahu apa yang harus dilakukan setelah lockdown diumumkan. Kebanyakan orang di komunitas ini sudah pensiun dan mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi," ujar Wang.

Baca juga: Update, Berikut 15 Negara yang Berlakukan Lockdown akibat Virus Corona

Semua dalam kendali

Para petugas medis dari Provinsi Jilin menangis memeluk rekan yang bersama-sama selama menangani pasien corona, dalam sebuah acara perpisahan di Bandara Tianhe yang baru dibuka kembali di Wuhan, Hubei, China, Rabu (8/4/2020). Ribuan orang bergegas meninggalkan Wuhan setelah otoritas mencabut kebijakan lockdown selama lebih dari dua bulan di lokasi yang diketahui sebagai episenter awal virus corona tersebut.AFP/HECTOR RETAMAL Para petugas medis dari Provinsi Jilin menangis memeluk rekan yang bersama-sama selama menangani pasien corona, dalam sebuah acara perpisahan di Bandara Tianhe yang baru dibuka kembali di Wuhan, Hubei, China, Rabu (8/4/2020). Ribuan orang bergegas meninggalkan Wuhan setelah otoritas mencabut kebijakan lockdown selama lebih dari dua bulan di lokasi yang diketahui sebagai episenter awal virus corona tersebut.

Sementara itu, kondisi di Wuhan berangsur membaik pada pertengahan Februari, saat pemerintah Wuhan mengirim sekitar 44.500 PNS ke lebih dari 7.000 area perumahan di seluruh kota.

Tugas PNS ini adalah membantu 12.000 pejabat garis depan yang mengelola upaya karantina massal.

Bos Partai Komunis yang baru di kota itu, Wang Zhonglin, juga mengatakan kepada para kader untuk menemukan semua pasien yang dicurigai sebagai Covid-19 dan menjadikan mereka terisolasi ketika Wuhan berjuang untuk mengatasi krisis tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com