Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandangan Para Ahli soal Social Distancing dan Physical Distancing

Kompas.com - 30/03/2020, 07:17 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Padahal, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa komunitas yang bertahan dan dapat bangkit setelah bencana adalah mereka yang memiliki jejaring sosial kuat.

Sementara itu, orang-orang di komunitas yang paling buruk adalah mereka yang tidak memiliki koneksi sosial kuat dan tidak saling memercayai. Orang-orang seperti itu sering kali menjadi yang pertama hancur karena bencana.

Hal itu seperti yang terjadi di Jepang saat gempa bumi dan tsunami 2011, kebakaran di California 2018, dan gelombang panas di Chicago 1995.

Pendapat lainnya

Berbeda dengan Aldrich, Profesor Sosiologi di University of Colorado dan direktur National Hazards Center Lori Peek menganggap istilah social distancing sudah mengakar.

Menurut dia, masyarakat telah memahami apa itu social distancing. Mengubah istilahnya hanya akan membuat masyarakat bingung.

Dia tidak akan mengubah istilah apa pun pada saat ini karena menganggapnya sebagai bagian dari menjaga pesan yang jelas dan konsisten dari sumber tepercaya.

Baca juga: Physical Distancing, Judika dan Selebriti Lain Tunda Agenda Main Bola

Sementara itu, Profesor Emeritus Perencanaan Kota dan Daerah di University of Illinois Robert Olshansky melihat paradoks dalam istilah social distancing.

"Paradoksnya adalah bahwa kita menjadi sangat kolaboratif dan sosial dengan saling setuju untuk tinggal sejauh enam kaki dari satu sama lain," katanya.

Olshansky, yang mempelajari bagaimana masyarakat pulih setelah bencana, berpendapat dalam istilah social distancing sangat jelas bahwa itu persoalan fisik bukan sosial.

Hal itu terlihat jelas di dunia maya dan media sosial, di mana orang-orang tidak sendirian. Meskipun mereka terpisah secara fisik.

Olshansky setuju dengan Aldrich tentang pentingnya jejaring sosial dalam bertahan dan pulih dari bencana.

"Sejarah telah menunjukkan kepada kita bahwa komunitas kolaboratif dan saling mendukung adalah komunitas yang paling berhasil dalam pemulihan yang berkelanjutan dari bencana besar," kata Olshansky.

Belajar dari bencana di Jepang, dukungan emosional bisa memulihkan lebih baik daripada kekayaan atau kesehatan fisik.

Dia mempelajari bahwa hal yang memengaruhi tingkat kecemasan orang-orang yang berlindung di dalam ruangan adalah apakah mereka memiliki tetangga atau teman bicara.

Baca juga: Cegah Corona, 3 Maskapai Ini Terapkan Physical Distancing, Berikut Penjelasannya

KOMPAS.com/AKbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mengenal Social Distancing

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com