KOMPAS.com - Penyebaran penyakit Covid-19 yang disebabkan virus corona tidak hanya berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi. Namun juga sangat berdampak pada dunia pendidikan.
Tidak sedikit negara yang mengeluarkan kebijakan lockdown atau karantina yang berimbas pada sekolah atau universitas.
Akibatnya anak-anak dan remaja menjadi tidak bersekolah atau universitas ditutup sementara sampai waktu yang terbatas karena pemerintah berupaya memperlambat penyebaran Covid-19.
Organisasi PBB yang mengurusi pendidikan dan budaya UNESCO menyebutkan, total ada 39 negara yang menerapkan penutupan sekolah dengan total jumlah pelajar yang terpengaruh mencapai 421.388.462 anak.
China sejauh ini memiliki jumlah pelajar yang paling banyak terpengaruh karena virus corona yaitu sekitar lebih dari 233 juta siswa.
Baca juga: Cegah Penyebaran Corona, UI Minta Mahasiswanya Pulang ke Rumah Masing-masing
61 negara
Dikutip dari situs UNESCO, hingga 13 Maret, ada 61 negara di Afrika, Asia, Eropa, Timur Tengah, Amerika Utara, dan Amerika Selatan yang telah mengumumkan atau menerapkan pembatasan pembelajaran sekolah dan universitas.
UNESCO menyediakan dukungan langsung ke negara-negara, termasuk solusi untuk pembelajaran jarak jauh yang inklusif.
"Kami bekerja dengan negara-negara untuk memastikan kesinambungan pembelajaran bagi semua, terutama anak-anak dan remaja yang kurang beruntung yang cenderung paling terpukul oleh penutupan sekolah," kata Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay dalam sebuah pernyataan.
Dengan kebijakan menutup sekolah di negara-negara tersebut, berdampak pada hampir 421,4 juta anak-anak dan remaja di dunia.
Negara-negara yang terkena dampak COVID-19 menempatkan respons nasional dalam bentuk platform pembelajaran dan perangkat lain seperti pembelajaran jarak jauh.
Baca juga: 10 Instruksi UI Terkait Virus Corona: Dari Belajar Online hingga Minta Mahasiswa Kosongkan Indekos
Mengancam 577 juta pelajar
Sementara Unesco menyebutkan, total ada 39 negara yang menerapkan penutupan sekolah dengan total jumlah pelajar yang terpengaruh mencapai 421.388.462 anak.
Total jumlah pelajar yang berpotensi berisiko dari pendidikan pra-sekolah dasar hingga menengah atas adalah 577.305.660. Sedangkan Jumlah pelajar yang berpotensi berisiko dari pendidikan tinggi sebanyak 86.034.287 orang.
Di Indonesia, beberapa kampus mulai menerapkan kebijakan kegiatan belajar mengajar dari jarak jauh atau kuliah online. Seperti yang dilakukan di Universitas Indonesia, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Universitas Negeri Yogyakarta.