Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Negatif Virus Corona, Menkes Terawan: Kami Berutang Pada Tuhan

Kompas.com - 18/02/2020, 19:52 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa minggu telah berlalu sejak awal mula virus corona baru COVID-19 pertama kali dideteksi dan Indonesia masih bebas dari wabah ini. 

Hingga Selasa (18/2/2020) sore, belum ada satu pun kasus yang terdeteksi di Indonesia meskipun negara-negara tetangga telah melaporkan konfirmasi sejumlah kasus virus ini.

Para pihak berwenang di bidang kesehatan negara pun berada di bawah tekanan yang terus meningkat untuk menjelaskan alasan tidak adanya kasus yang dilaporkan.

Kondisi ini semakin disorot setelah tersebarnya hasil penelitian terbaru dari Profesor Universitas Harvard yang menyimpulkan bahwa seharusnya Indonesia telah memiliki setidaknya lima kasus infeksi virus corona baru ini.

"Kami berutang pada Tuhan. Ini karena doa kami. Kami tidak mengharapkan hal-hal seperti itu sampai ke Indonesia," ungkap Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto sebagaimana dikutip South China Morning Post (SCMP).

Sebelumnya, Indonesia telah melakukan pengawasan medis dan membatalkan sejumlah penerbangan komersil dari dan ke daratan China. 

Akan tetapi, pernyataan Menteri Keseharan RI tersebut menjadi pertanyaan tersendiri bagi para profesional di bidang kesehatan, terutama setelah melihat respons terhadap kasus-kasus sebelumnya seperti SARS, Ebola, atau flu burung. 

Selama wabah H5N1 atau flu burung lebih dari satu dekade lalu, hampir 200 orang meninggal dunia dengan tingkat kematian sebesar 84 persen.

Penanganan wabah virus tersebut pun mendorong Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk melakukan intervensi.

Baca juga: Virus Corona Bikin Produksi Hape iPhone Turun, Bisa Kurangi Pasokan ke Pasaran

Marc Lipsitch, Profesor Harvard yang melakukan penelitian untuk mengidentifikasi negara-negara yang kemungkinan memiliki kasus-kasus virus virus corona dan belum terdeteksi,tetap mempertahankan hasil penemuannya.

Menteri Terawan menolak hasil penemuan tersebut dan tetap mempercayai kemampuan pengawasan kesehatan Indonesia dan juga pengawasan Tuhan. 

"Silakan dari mereka (peneliti Harvard) untuk datang. Kami terbuka, tidak ada yang ditutup-tutupi," kata Terawan.  

Sementara itu, pihak lain di Indonesia juga menanggapi hasil penelitian dari Harvard tersebut.

"Kami memiliki sisi hak asasi manusia dari cerita ini. Prinsip paling dasar adalah menjadi transparan, tidak menutupi apa yang terjadi, baik di Malaysia, China, atau Indonesia. Itu prinsipnya," kata peneliti senior di Human Rights Watch Indonesia, Andreas Harsono.

Kementerian Kesehatan Indonesia telah melaporkan 62 kasus dari dugaan infeksi virus corona dan semua yang sudah diperiksa dinyatakan negatif. Sementara, sebagian banyak lainnya belum diperiksa. 

Para warga Indonesia yang dievakuasi dari Wuhan, pusat virus tersebut berasal, telah dikarantina di Pulau Natuna dan dibebaskan setelah dinyatakan sehat dan bebas virus.

Selain itu, pada kasus penduduk China yang terdeteksi virus corona dan sempat berkunjung ke Bali, pemerintah Indonesia berupaya untuk mengetahui apakah wisatawan tersebut terkena virus selama di Bali atau setelah ia kembali ke China awal bulan ini. 

Baca juga: Senator AS Ini Sebut Virus Corona Berasal dari Laboratorium di Wuhan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Tren
Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Tren
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Tren
Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Tren
Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com