Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TNI Kirim Bantuan, Bagaimana Kondisi Terkini Kebakaran Hutan di Australia?

Kompas.com - 01/02/2020, 20:35 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - TNI telah memberangkatkan Satuan Tugas (Satgas) Garuda RI untuk membantu pemadaman kebakaran hutan dan lahan di Australia pada Sabtu (1/2/2020).

Satgas Garuda RI terdiri 44 orang.

Personel TNI sebanyak 41 orang terdiri dari tiga orang Tim LO berasal dari Angkatan Udara (AD) dan satu dari Angkatan Udara (AU).

Selain itu, ada Tim Zeni Konstruksi sebanyak 36 orang dengan rincian 26 orang TNI AD (menzikon), enam orang TNI AL (yonmar), dan empat orang TNI AU (disfaksonau).

Selain TNI, ada juga satu orang berasal dari Kementerian Luar Negeri dan dua orang dari BNPB. Sehingga total menjadi 44 orang.

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, sudah seharusnya Indonesia memberikan bantuan kepada Australia

Baca juga: TNI Siap Tambah Personel untuk Pemadaman Kebakaran Hutan di Australia

Lantas bagaimana kondisi terkini kebakaran hutan di Australia?

Sejak September 2019 lalu, Australia masih berjuang memadamkan kebakaran hutan yang telah menewaskan 33 orang dan 1 miliar ekor hewan.

Kebakaran tersebut menjadi yang terburuk di Australia dalam dua dekade terakhir.

Saat ini, kebakaran hutan bahkan mulai mengancam Ibu kota Australia, Canbera dan daerah sekitarnya.

Dengan kondisi itu, pihak berwenang Ibu Kota Cambera telah menyatakan keadaan darurat, dikutip dari CNN (31/1/2020).

Menteri Utama Canberra Andrew Barr mengatakan, Canberra dalam kondisi siaga tinggi karena kebakaran hutan sudah melahap 8 persen dari total daratan di wilayahnya.

"Canberra sekarang menghadapi ancaman kebakaran hutan dan lahat terburuk sejak kebakaran hebat tahun 2003," kata Barr.

"Kombinasi panas eksteim, angin, dan landskap wilayah yang kering akan membuat pinggiran kota di selatan Canberra dalam bahaya beberapa hari mendatang," lanjut dia.

Baca juga: PDIP Dukung Langkah TNI Kirim Satgas Garuda ke Australia untuk Bantu Padamkan Karhutla

Keputusan yang menyatakan keadaan darurat didasarkan pada pemetaan prediktif dari kebakaran hutan dari 31 Januari hingga 2 Februari.

New South Wales juga telah mengumumkan keadaan darurat selama tujuh hari, terhitung sejak Jumat (30/1/2020).

Pemerintah juga bersiap untuk memulai evakuasi warga dari daerah terdampak.

Perdana Menteri New South Wales Gladys Berejiklian mengatakan, kondisi darurat tersebut dikeluarkan karena kondisi cuaca diperkirakan akan memburuk secara signifikan pad Sabtu (1/2/2020).

"Kami ingin memastikan kami mengambil setiap tindakan pencegahan untuk bersiap menghadapi hari yang mengerikan pada hari Sabtu," katanya, dilansir dari CNN, Sabtu (1/2/2020).

Ini merupakan pengumuman kondisi darurat ketiga kalinya bagi New South Wales, setelah sebelumnya dikeluarkan pada November dan Desember.

Ribuan orang telah meninggal pesisir selatan negara itu pada Kamis (30/1/2020).

Baca juga: Ini Tugas Satgas Garuda di Lokasi Kebakaran Hutan Australia

Pihak berwenang juga mendesak warga untuk segera mengungsi sebelum Sabtu karena cuaca ekstrem di atas 40 derajat celcius.

Bandara Canberra juga sempat ditutup karena ancapan api di sekitarnya, seperti diberitakan BBC, Jumat (31/1/2020).

Pada hari yang sama, tiga petugas pemadam kebakaran Amerika Serikat tewas setelah pesawat mereka jatuh di zona kebakaran dekat kota.

Awal minggu ini, sejumlah foto langit merah akibat kebakaran hutan telah tersebar luas di media sosial.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Mycoplasma, Bakteri yang Disebut Jadi Penyebab Kasus Pneumonia Misterius di China

Mengenal Mycoplasma, Bakteri yang Disebut Jadi Penyebab Kasus Pneumonia Misterius di China

Tren
Jarang Diketahui, Ini 8 Manfaat Rutin Minum Air Rebusan Daun Mangga

Jarang Diketahui, Ini 8 Manfaat Rutin Minum Air Rebusan Daun Mangga

Tren
Link dan Cara Cek Hasil Seleksi Administrasi PLD Kemendesa 2023

Link dan Cara Cek Hasil Seleksi Administrasi PLD Kemendesa 2023

Tren
Sengkarut, Investigasi yang Menguak Sisi Tergelap Manusia

Sengkarut, Investigasi yang Menguak Sisi Tergelap Manusia

Tren
Bisakah Penumpang Kereta Ekonomi Pilih Kursi yang Tidak Hadap Mundur?

Bisakah Penumpang Kereta Ekonomi Pilih Kursi yang Tidak Hadap Mundur?

Tren
Mengenal Negara-negara Transkontinental yang Wilayahnya Ada di Dua atau Lebih Benua

Mengenal Negara-negara Transkontinental yang Wilayahnya Ada di Dua atau Lebih Benua

Tren
Cara Cek Data DTKS Sudah Terdaftar atau Belum agar Dapat Bansos

Cara Cek Data DTKS Sudah Terdaftar atau Belum agar Dapat Bansos

Tren
Fenomena 'Full-Time Children' di China, Anak Muda Pilih Tidak Kerja tapi Digaji Orangtua

Fenomena "Full-Time Children" di China, Anak Muda Pilih Tidak Kerja tapi Digaji Orangtua

Tren
Sebabkan RS Penuh, Ini Dugaan Penyebab Pneumonia Misterius di China

Sebabkan RS Penuh, Ini Dugaan Penyebab Pneumonia Misterius di China

Tren
Ramai soal Standar Ganteng Tergantung Zaman, Sosiolog: Produk Sosial dan Budaya Masyarakat

Ramai soal Standar Ganteng Tergantung Zaman, Sosiolog: Produk Sosial dan Budaya Masyarakat

Tren
Gmail dan Akun Google yang Tak Aktif Akan Dihapus pada 1 Desember 2023

Gmail dan Akun Google yang Tak Aktif Akan Dihapus pada 1 Desember 2023

Tren
Cara Daftar Face Recognition Boarding Kereta Api lewat Aplikasi Access by KAI

Cara Daftar Face Recognition Boarding Kereta Api lewat Aplikasi Access by KAI

Tren
AC atau Kipas Angin, Mana yang Lebih Baik bagi Kesehatan? Ini Risetnya

AC atau Kipas Angin, Mana yang Lebih Baik bagi Kesehatan? Ini Risetnya

Tren
Tidak Dianjurkan Resign Kurang dari Setahun Kerja, Ini Risiko dan Cara Aman Melakukannya

Tidak Dianjurkan Resign Kurang dari Setahun Kerja, Ini Risiko dan Cara Aman Melakukannya

Tren
SWDKLLJ Disebut Bisa Dicairkan hingga Rp 50 Juta, Ini Penjelasan Jasa Raharja

SWDKLLJ Disebut Bisa Dicairkan hingga Rp 50 Juta, Ini Penjelasan Jasa Raharja

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com