Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Penyebaran, China Gandeng Rusia Kembangkan Vaksin Virus Corona

Kompas.com - 29/01/2020, 19:50 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rusia dan China bekerja sama untuk mengembangkan vaksin mengatasi virus corona.

Seorang diplomat Rusia yang berada di China mengatakan genom virus yang selama ini sudah dikantongi oleh China telah dikirimkan ke Moskow.

Mengutip Reuters, ahli dari kedua negara pun telah memulai uji coba penciptaan vaksin untuk virus corona.

"China menyerahkan genom virus ke Rusia yang memungkinkan para ilmuwan kami untuk dengan cepat mengembangkan tes yang memungkinkan untuk mengidentifikasi virus dalam tubuh manusia dalam waktu dua jam," kata diplomat tersebut dalam pernyataannya dikutip dari Reuters.

Tidak diketahui dengan jelas apakah mereka bekerja bersama atau secara terpisah. Konsulat Rusia di Guangzhou tidak dapat dimintai komentar terkait hal ini.

Pemeriksaan intensif

Rusia yang sampai saat ini tidak ditemukan satu pun kasus positif infeksi corona di negaranya mulai melakukan pemeriksaan intensif. 

Pada hari ini, Rabu (29/1/2020), mulai diberlakukan pemeriksaan bagi semua warga negara yang kembali dari China. 

Selain itu, Rusia juga telah berbicara dengan China untuk memulangkan semua warganya yang ada di Kota Wuhan dan Provinsi Hubei yang diketahui menjadi pusat persebaran virus.

Lebih lanjut, Perdana Menteri Mikhail Mishustin juga telah meminta bagian keamanan konsumen di negaranya untuk menyampaikan rencana pencegahan penyebaran virus yang bisa dilakukan.

Sementara, per hari ini, Rabu (29/1/2020), kematian yang terjadi akibat infeksi virus corona di China sudah mencapai 132 kasus dan jumlah yang positif terinfeksi hampir mencapai 6.000 kasus.

Baca juga: AS Umumkan Kembangkan Vaksin untuk Lawan Wabah Virus Corona

AS kembangkan vaksin virus corona

Tak hanya Rusia, Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang sudah mengonfirmasi 5 kasus infeksi virus corona juga turut mencoba mengembangkan vaksin virus corona.

Menurut pejabat di Institut Kesehatan Nasional (NIH), Anthony Fauci, mereka sudah membentuk tim untuk mempelajari data mentah soal virus corona.

"Kami sudah memulainya di NIH, dan bekerja sama dengan beberapa pihak untuk mengembangkan vaksin itu," kata Fauci, dikutip dari AFP, Selasa (28/1/2020).

Fase pertama uji coba pengembangan vaksin ini akan dilakukan selama tiga bulan. Kemudian tiga bulan selanjutnya akan dilakukan pengumpulan data.

Proses pengumpulan data akan dilakukan sebelum Amerika Serikat memulai fase kedua dari uji coba pengembangan vaksin yang nantinya diambil alih oleh firma bioteknik, Moderna.

Bukan hanya di tataran negara, perusahaan swasta Johnson & Johnson (J&J) juga tengah melakukan penelitian serupa.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Peneliti J&J, Paul Stoffel. Soffels menyebut timnya tengah mengembangkan obat untuk virus corona yang berbasis pengalaman saat mengembangkan obat untuk Ebola.

Baca juga: Mau Naik Pesawat, Duduk di Mana agar Tak Tertular Virus Corona?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com