Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Virus Corona China Berasal dari Kelelawar dan Ular?

Kompas.com - 25/01/2020, 11:32 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

Jadi, para peneliti berpikir bahwa populasi kelelawar dimungkinkan menginfeksi ular, yang kemudian menularkan virus tersebut kepada manusia.

Namun, satu-satunya cara untuk memastikan dari mana virus ini berasal adalah dengan mengambil sampel DNA dari hewan-hewan yang dijual di pasar dan dari ular serta kelelawar di daerah tersebut.

Ancaman kelelawar

Berdasarkan sebuah studi tahun 2017, kelelawar memiliki proporsi virus zoonosis yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan mamalia lain.

Para ahli berfikir bahwa kondisi ini disebabkan oleh kemampuan kelelawar terbang melintasi jarak geografis yang luas dengan membawa penyakit tertentu.

Kelelawar menyebarkan virus melalui kotorannya. Jika mereka menjatuhkan kotoran di buah yang akan dimakan oleh hewan, hewan pemakan pun menjadi pembawa penyakit.

"Kami mengetahui cukup banyak virus dalam cetak biru WHO yang memiliki kaitan langsung ataupun tidak langsung dengan kelelawar," kata Munster.

Maret lalu, sebuah penelitian pun memprediksi bahwa kelelawar dapat menjadi sumber wabah jenis virus corona baru di China.

Baca juga: Fakta tentang Virus Corona, Gejalanya Sangat Umum, Satu Orang Diduga Terinfeksi

Pencegahan

Di pasar, kedekatan antara pembeli dengan kios penjual serta hewan, baik hidup atau mati, menciptakan tempat perkembangbiakkan untuk penyakit zoonosis.

"Untuk alasan budaya di wilayah ini, orang ingin melihat hewan yang mereka beli disembelih di depan mereka, sehingga mereka tahu persis produk yang mereka bayar," tutur dokter spesialis penyakit menular di Universitas Kedokteran Chicago, Emily Langdon sebagaimana dikutip Business Insider.

Saat ini, pihak berwenang di Wuhan telah melarang perdagangan hewan hidup di pasar ini. Mereka menutup pasar hewan laut tempat diduga bermulanya wabah virus corona.

Para ahli mendukung hal tersebut untuk membantu pencegahan penyebaran virus.

Namun, menurut ilmuwan senior di John Hopkins University, Eric Toner, wabah dari hewan ke manusia tetap akan meningkat tanpa adanya pasar tersebut.

"Saya berpikir cukup lama bahwa virus yang paling mungkin menyebabkan pandemi baru adalah virus corona," kata Toner.

Namun demikian, wabah virus corona Wuhan tidak dianggap sebagai pandemi. Sejauh ini, WHO belum menyatakan wabah ini sebagai darurat kesehatan masyarakat global. 

Sebab, China telah mengarantina Wuhan dan kota-kota terdekat lainnya untuk menghentikan penyebaran virus ini. 

Baca juga: 3 Turis Diduga Terjangkit Virus Corona, Dinkes Bali Minta Warga Tak Panik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com