Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polemik Boeing: Pesawat Jatuh, Penyangkalan CEO, dan Kelalaian Produksi

Kompas.com - 14/01/2020, 06:30 WIB
Mela Arnani,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

Kesamaan ini menjadi penelitian lebih lanjut dalam penyelidikan.

Dilarang terbang

Semenjak kejadian jatuhnya pesawat terbang Boeing 737 Max 8, Kementerian Perhubungan resmi melarang seluruh pesawat milik maskapai nasional dilarang mengudara per 14 Maret 2019.

Larangan ini diberlakukan karena memperhatikan Continuous Airworthiness Notification to the International Community (CANIS) yang diterbitkan FAA sehari sebelumnya, 13 Maret 2019.

Sementara, larangan dikecualikan bagi penerbangan Boeing 737 Max 8 dengan tujuan non komersial, tidak membawa penumpang, dan ferry flight untuk kembali ke lokasi perawatan atau penyimpanan pesawat.

Bukan hanya Indonesia saja, jatuhnya Boeing 737 MAX 8 milik maskapai Ethiopian Airlines membuat sejumlah negara dan maskapai penerbangan juga melarang pengoperasian dan mengandangkan armada jenis ini.

Dikabarkan 11 Maret 2019, maskapai Ethiopian Airlines melarang seluruh pesawat Boeing 737 Max yang dimilikinya dioperasikan.

Baca juga: Boeing Punya CEO Baru, Ini Pekerjaan Rumahnya

Pengakuan Boeing

Beberapa waktu setelah itu, pernyataan pabrikan Boeing menunjukkan bahwa pihaknya mengetahui masalah di pesawat jenis 737 MAX sebelum kecelakaan menimpa Lion Air.

Boeing mengakui, sistem peringatan yang harusnya menjadi fitur standar ternyata tidak berfungsi di seluruh Boeing 737 MAX.

Dalam keterangan resmi Boeing, masalah perangkat lunak tidak memberi dampak buruk bagi keselamatan atau operasional pesawat.

Meski tak diketahui apakah kurangnya fungsi peringatan berperan dalam jatuhnya dua pesawat, Lion Air dan Ethiopian Airlines, namun sistem peringatan berfungsi memberi tahu pilot jika terjadi malfungsi, berdasarkan penyelidikan yang terjadi.

Atas kecelakaan yang melibatkan pesawat buatannya, Boeing mengakui kesalahan dari pihaknya.

Dikutip dari Reuters, CEO Boeing Co Dennis Muilenburg menyampaikan pengakuan atas kesalahan Boeing sehingga menyebabkan kecelakaan maut, salah satunya di Indonesia.

Investigasi

Investigasi awal menunjukkan adanya kesalahan data dalam sensor attack (AOA), yang malfungsi mengaktifkan sistem anti-stall pesawat (MCAS).

Aktifnya MCAS ini membuat hidung pesawat terus turun dan membuat pilot kesulitan menguasainya.

Dalam keterangan Boeing, sistem peringatan AOA bisa aktif jika maskapai membeli piranti tambahan, bersifat fitur opsional, yang dinamakan indikator AOA.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com