Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

30 Desember 1949, Kisah Batavia Berganti Nama Jadi Jakarta

Kompas.com - 30/12/2019, 13:45 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini 70 tahun lalu, tepatnya 30 Desember 1949, sebutan Batavia berganti menjadi Jakarta.

Saat itu, Menteri Penerangan RIS (Republik Indonesia Serikat) Arnoldus Isaac Zacharias Momonutu menegaskan, sejak 30 Desember 1949, nama Batavia tidak ada lagi dan berganti menjadi Jakarta.

Sejak saat itu, Jakarta menjadi nama Ibu Kota Republik indonesia.

Hikayat nama Jakarta

Melansir laman Indonesia.go.id, sepanjang sejarahnya, Jakarta mengalami beberapa kali perubahan nama.

Sebelum berada di bawah kekuasaan Kerajaan Galuh-Pakuan pada abad ke-12, nama kota ini adalah 'Sunda Kelapa'.

Konon, keberadaannya telah ada sejak abad ke-5, yaitu saat berada di bawah Kerajaan Tarumanegara.

Namun, berdasarkan penemuan prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara, tidak ada yang berada di kawasan Jakarta sekarang.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Indonesia Berduka, Gus Dur Berpulang pada 30 Desember 2009

Berdasarkan salah satu prasasti yang ditemukan, yaitu Prasasti Kebon Kopi, nama Sunda Kelapa diperkirakan baru muncul sekitar awal abad 10.

Kemudian, sejak pelabuhan Sunda Kelapa dikuasai Fatahillah pada tahun 1527, namanya diubah menjadi 'Jayakarta'.

Orang-orang barat yang singgah di tempat ini menyebutnya sebagai 'Jacatra'.

Hingga tahun 1619, orang Belanda masih menyebutnya dengan nama tersebut.

Namun, sejak kedatangan Jan Pieterszoon Coon bersama 1.000 pasukannya untuk menghancurkan Jayakarta pada tahun 1619, terjadi perubahan nama kembali.

Melalui kesepakatan De Heeren Zeventien (dewan 17) dari Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC), nama Jayakarta diubah menjadi Batavia pada 4 Maret 1621.

Nama ini berasal dari nama etnis Jermanik yang bermukim di tepi Sungai Rhein dan dianggap sebagai nenek moyang bangsa Belanda dan Jerman, 'Bataf'.

Pada perkembangan selanjutnya, banyak penduduk asli setempat yang justru menyebut dengan nama 'Betawi'.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa dan Tsunami Messina Tewaskan 100.000 Orang

Berdasarkan catatan sejarah, nama Batavia adalah yang paling lama digunakan, yaitu selama tiga abad lebih.

Penyebutan ini tercatat dimulai pada 1619 (atau sumber lain menyebutkan tahun 1621) hingga tahun 1942.

Kemudian, pada 1942, nama Batavia berubah menjadi Djakarta sebagai akronim dari Djajakarta.

Menurut Lasmijah Hardi dalam ‘Jakartaku, Jakartamu, Jakarta Kita’ (1987), pergantian nama itu bertepatan dengan perayaan Hari Perang Asia Timur Raya pada 8 Desember 1942.

Nama lengkap kota itu ialah ‘Jakarta Tokubetsu Shi’.

Setelah Jepang kalah, nama Jakarta tetap lazim digunakan orang Indonesia.

Penegasan tidak adanya lagi sebutan Batavia dilakukan oleh Menteri Penerangan RIS Arnoldus Isaac Zacharias Monotutu pada 30 Desember 1945.

Sejak saat itu, nama Ibu Kota Republik Indonesia adalah Jakarta.

Nama tersebut kemudian dikukuhkan kembali pada 22 Juni 1956 oleh Wali Kota Jakarta Sudiro. Saat itu, posisi Jakarta masih menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Cara Memperkenalkan Bayi kepada Anjing Peliharaan

Cara Memperkenalkan Bayi kepada Anjing Peliharaan

Tren
5 Negara yang Tak Punya Bandara, Bagaimana Cara ke Sana?

5 Negara yang Tak Punya Bandara, Bagaimana Cara ke Sana?

Tren
Kata Media Asing soal Indonesia Vs Guinea, Ada yang Soroti Kartu Merah Shin Tae-yong

Kata Media Asing soal Indonesia Vs Guinea, Ada yang Soroti Kartu Merah Shin Tae-yong

Tren
Manfaat Buah dan Sayur Berdasar Warnanya, Merah Bisa Cegah Kolesterol Tinggi

Manfaat Buah dan Sayur Berdasar Warnanya, Merah Bisa Cegah Kolesterol Tinggi

Tren
16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

Tren
Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Tren
Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Tren
Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Tren
Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

Tren
Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Tren
Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Tren
Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com