Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Olahraga Lari Terbukti Kurangi Risiko Kematian Dini

Kompas.com - 06/11/2019, 19:00 WIB
Rosiana Haryanti,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banyak orang yang mengatakan jika berlari sering dikaitkan dengan risiko kematian mendadak.

Namun sebuah penelitian yang diterbitkan dalam British Journal of Sports Medicine, seperti dilansir dari laman Financial Times, mengungkapkan hal yang berbeda.

Penelitian menyebutkan bahwa berlari bahkan jika hanya melakukan jogging singkat, memiliki risiko kematian 27 persen lebih rendah dibanding dengan penyebab kematian yang lain.

Para peneliti dari Australia, Thailand, dan Finlandia menganalisis hasil dari 14 studi terhadap 233.149 responden dengan usia mulai dari 5,5 hingga 35 tahun. Selama waktu penelitian, sebanyak 25.951 responden meninggal dunia.

Ketika jumlah data tersebut dikumpulkan, para peneliti menemukan jika berlari memiliki risiko lebih rendah sebesar 27 persen dibanding dengan mereka yang tidak biasa berlari.

Baca juga: Studi: Tidak Berolahraga Lebih Berbahaya Dibanding Merokok

Temuan ini kemudian dikaitkan dengan risiko akibat penyakit kadiovaskular. Para peneliti mengungkapakan, jika kebiasaan melakukan olahraga lari memiliki risiko kematian lebih rendah sebesar 30 persen.

Dengan berbagai temuan ini, para peneliti kemudian menyimpulkan jika adanya peningkatan tingkat partisipasi dalam berlari, terlepas dari berapa lama, bisa meningkatkan kesehatan dan usia seseorang.

"Setiap intensitas berlari, bahkan hanya sekali seminggu, lebih baik ketimbang tidak berlari, tetapi frekuensi lari yang lebih tinggi tidak dikaitkan dengan risiko kematian," ucap salah satu peneliti.

Lebih lanjut, untuk mendapatkan keuntungan, seseorang bisa berlari sekali dalam seminggu selama 50 menit atau kurang dengan kecepatan 8 kilometer per jam.

Kemudian peningkatan frekuensi berlari juga tidak memengaruhi peningkatan risiko kematian mendadak. Padahal para ahli mengatakan jika aktivitas keras sering dikaitkan dengan risiko kematian mendadak, namun manfaat dari berlari dapat mengurangi risiko ini.

Meski begitu, para peneliti mengatakan jika penelitian ini tidak dapat menentukan penyebab kematian karena jumlah penelitian yang kecil dan dengan metode yang bervariasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER TREN] Kronologi dan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis | Peluang Indonesia vs Guinea

[POPULER TREN] Kronologi dan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis | Peluang Indonesia vs Guinea

Tren
5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com