Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Terbaru: Dampak Iklim karena Kerusakan Hutan 600 Persen Lebih Parah dari Perkiraan

Kompas.com - 02/11/2019, 07:03 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

"Namun, pemburu secara khusus justru mengambil hewan-hewan besar. Di daerah yang terfragmentasi, populasi gajah, tapir, dan monyet semua diburu," lanjut dia.

Akibatnya, pohon-pohon besar pun semakin berkurang.

Artinya, lebih sedikit karbon yang bisa ditahan di bawah atap rumah.

Dalam studi tersebut, tekanan utama lainnya adalah penebangan selektif, yaitu ketika kayu bernilai tinggi diambil dari hutan tanpa penggundulan area.

Para ilmuwan melakukan riset tersebut dengan melihat peta yang menunjukkan perubahan pada hutan dunia.

Mereka juga meninjau literatur-literatur tentang perubahan ini dan memeriksa dampak karbon yang dimilikinya.

Para peneliti sering mengabaikan proses ini untuk memastikan riset mereka berada pada sisi yang aman.

Dr Evans mengatakan, 90 persen dari informasi tersebut ada pada domain publik, tapi tak pernah disatukan dengan benar.

Sementara itu, peneliti utama dari WCS dan University of Queensland, Sean Maxwell mengatakan, hasil penelitiannya mengungkapkan, perusakan hutan tropis yang masih utuh adalah bom waktu untuk emisi karbon.

"Ada kebutuhan mendesak untuk melindungi lanskap ini karena mereka memainkan peran yang sangat diperlukan dalam menstabilkan iklim," kata Sean.

Studi tersebut merupakan studi terbaru untuk menunjukkan bahwa emisi harus dikurangi secara global jika tujuan perbaikan iklim ingin dicapai.

"Riset kami mengungkapkan bahwa sumber tambahan emisi karbon saat ini tidak diperhitungkan oleh pemerintah nasional, karena mereka tidak diharuskan secara hukum untuk mempertimbangkannya," kata asisten peneliti Dr Alexandra Morel dari Zoological Society of London.

Menurut dia, pemantauan hutan-hutan utuh (intact forest) selama satu dekade terakhir menunjukkan berkurangnya eksistensi hutan itu secara cepat.

Hal ini mengindikasikan bahwa tanpa perhatian yang lebih besar, sumber emisi yang tak terhitung akan terus tumbuh.

PBB telah menjalankan program Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD+) yang memungkinkan negara berkembang menerima keuangan untuk meningkatkan stok karbon.

REDD+ mencakup dukungan untuk konservasi hutan yang masih aman dan tak terancam rusak.

Namun, dukungan dan implementasi keungan baru-baru ini lebih berfokus pada area dengan laju deforestasi tinggi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Pilihan Ikan Tinggi Kalsium, Bantu Cegah Tulang Rapuh

5 Pilihan Ikan Tinggi Kalsium, Bantu Cegah Tulang Rapuh

Tren
7 Tanda Tubuh Kelebihan Gula yang Jarang Diketahui, Termasuk Jerawatan

7 Tanda Tubuh Kelebihan Gula yang Jarang Diketahui, Termasuk Jerawatan

Tren
Wilayah Potensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 27-28 April 2024

Wilayah Potensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 27-28 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Korsel Soroti Shin Thae-yong, Thailand Dilanda Suhu Panas

[POPULER TREN] Media Korsel Soroti Shin Thae-yong, Thailand Dilanda Suhu Panas

Tren
Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com