Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Selalu Baik, Sedotan Logam Juga Simpan Bahaya bagi Bumi

Kompas.com - 30/10/2019, 06:02 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Berbagai upaya seringkali dilakukan untuk memiliki gaya hidup yang ramah lingkungan. Salah satu upaya yang populer digalakkan beberapa tahun terakhir adalah peralihan dari penggunaan sedotan berbahan plastik ke bahan-bahan non plastik.

Dampak dari peralihan tersebut telah sering dibahas.

Baru-baru ini, dampak penggunaan bahan non plastik sebagai bahan sedotan kembali dibicarakan setelah muncul postingan twitter @bene_dion yang membagikan tangkapan layar dari postingan akun Instagram @clayperon.ugm.

Baca juga: Tren Tinggalkan Sedotan Plastik, Seberapa Besar Kontribusinya untuk Lingkungan?

Tangkapan layar akun @clayperon.ugmInstagram Tangkapan layar akun @clayperon.ugm

Dalam postingan akun Clayperon UGM, disebutkan bahwa sedotan besi sebagai salah satu alternatif bahan sedotan ramah lingkungan dinilai boros energi dan menyumbang emisi CO2 terbesar.

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan, hasil penelitian yang ditampilkan dalam bentuk grafik tersebut berasal dari ENGR308 Technology and Environment and Humbolt State University, HSU Straw Analysis.

Melansir dari HSU Straw Analysis, penelitian dilakukan pada sedotan berbahan plastik, besi, kaca, kertas, dan bambu. Analisis membandingkan tiga metrik, yaitu emisi karbon dioksida, energi yang melekat, dan biaya.

Setelah dilakukan penelitian, disimpulkan bahwa material yang digunakan, diangkut, dan dibuang dari penggunaan satu sedotan plastik membutuhkan 23,7 kJ energi dan 1,46 gram emisi karbon dioksida.

Sebagai perbandingan, satu sedotan besi dalam pembuatannya menggunakan 2420 kJ energi dan melepaskan 217 gram karbon dioksida.

Baca juga: Susi: Kalau Minum Pakai Sedotan Plastik, Malu-maluin...

Sementara, satu sedotan kaca menggunakan 1074 kJ energi dan melepaskan emisi karbon dioksida sebesar 65,2 gram. Satu sedotan kertas menggunakan 16 kJ energi dan emisi karbon dioksida sebesar 1,38 gram.

Sedangkan sebuah sedotan bambu menghabiskan 756 kJ dan melepaskan karbon dioksida sebesar 38,8 gram.

Untuk mengurangi energi yang melekat tersebut dan emisi karbon dioksida yang ada di dalam sebuah sedotan besi, sedotan kaca, dan sedotan bambu, sedotan tersebut harus digunakan secara berulang-ulang.

Untuk sedotan besi, harus digunakan kembali sebanyak 102 kali (untuk parameter energi) dan 149 kali (untuk parameter emisi karbon dioksida).

Sedangkan untuk sedotan kaca, harus digunakan kembali sebanyak 45 kali (untuk parameter energi) dan 45 kali (untuk parameter emisi karbon dioksida).

Pada sedotan bambu, harus digunakan kembali sebanyak 32 kali (untuk parameter energi) dan 27 kali (untuk parameter emisi karbon dioksida).

Namun, penelitian tersebut menunjukkan bahwa plastik memiliki energi paling kecil dalam proses pembuatan dan emisi karbon dioksida.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com