Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membayangkan Legacy Jokowi (1): Setelah Infrastruktur, Bangun SDM dan Pindahkan Ibu Kota

Kompas.com - 26/10/2019, 06:00 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Heru Margianto

Tim Redaksi

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018, anak-anak Indonesia rata-rata bersekolah 8,17 tahun lamanya atau setara dengan kelas 2 SMP/sederajat. Angka ini belum memenuhi target pemerintah sebesar 8,7 tahun.

Prof Tuning menyebut tenaga kerja di Indonesia saat ini masih didominasi lulusan SD dan SMP.

"Enam puluh persen angkatan kerja paling banter lulusan SMP. Tidak punya kompetensi yang dibutuhkan pasar kerja, soft skill juga kurang. Sehingga banyak yang tidak terserap di dunia kerja alias menganggur," ujar Tuning.

Jika dilihat dari pendidikan tertinggi yang ditamatkan, tenaga kerja lulusan SD mendominasi bursa kerja.

Dari 2014 hingga 2018, seperempat dari tenaga kerja Indonesia adalah lulusan SD. Hanya pada 2019 lulusan SMA mendominasi tenaga kerja, yakni 20,15 persen.

Di periode pertama Jokowi, pengangguran memang turun. Dari 7,4 juta orang atau 6,5 persen pada 2013 menjadi 7 juta orang atau 5,5 persen pada 2018.

 

Namun jika dilihat dari pendidikannya, persentase lulusan universitas yang menganggur lebih banyak dari yang lulusan SD.

Data BPS pada Februari 2019 menunjukkan pengangguran dari lulusan SD hanya 2,7 persen. Kemudian dari SMP 5 persen dan SMA 6,8 persen.

Sementara dari SMK atau vokasi yang jadi fokus Jokowi, ada 8,3 persen yang menganggur. Diploma (I/II/III) ada 6,9 prsen yang menganggur, dan lulusan universitas 6,2 persen.

Padahal pada 2008, persentase pengangguran dari universitas tak sampai lima persen.

Tuning mengatakan pemerintah perlu menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya untuk bisa memetik buah pertumbuhan ekonomi. Persiapan di bidang lainnya juga perlu dilakukan sejak dini.

"Harus mulai sejak dini. Bahkan sejak dalam kandungan, seribu hari pertama kehidupan," kata Tuning.

Ibu kota baru

Infrastruktur mungkin tetap jadi perhatian. Pengembangan sumber daya manusia digenjot.
Namun, yang paling utama dan mungkin paling besar dalam sejarah bangsa, pemindahan ibu kota.

Pemindahan ibu kota sebenarnya pernah diusulkan Presiden Soekarno menjelang tahun 1960-an.

Ibu kota rencananya dipindah ke Palangkaraya, namun gagal karena Indonesia disibukkan dengan Asian Games 1962 dan peristiwa PKI 1965.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com